"You can close your eyes to the things you don't want to see, but you can't close your heart to the things you don't want to feel." - Johnny Depp

Sabtu, 14 November 2015

Tugas 3 - CBIS

DEFINISI

Sumber daya konseptual sangat abstrak sehingga sulit untuk dikelola. Cara pengelolaannya adalah dengan mengubah menjadi simbolsimbol yang memiliki value (nilai), sehingga dapat dikalkulasi. Cara pengelolaan sumber daya koseptual ini yang paling tepat adalah dengan menggunakan bantuan mesin, dalam hal ini komputer. Dengan demikian sistem informasi manajemen akan lebih efektif apabila dikelola atau berbasis komputer. Sistem informasi berbasis komputer tersebut lebih dikenal sebagai (computer-based information system) atau CBIS.



Computer Based Information System (CBIS) atau yang dalam Bahasa Indonesia disebut juga Sistem Informasi Berbasis Komputer merupakan sistem pengolah data menjadi sebuah informasi yang berkualitas dan dipergunakan untuk suatu alat bantu pengambilan keputusan. Sistem Informasi yang akurat dan efektif, dalam kenyataannya selalu berhubungan dengan istilah “computer-based” atau pengolahan informasi yang berbasis pada komputer. Sistem Informasi “berbasis komputer” mengandung arti bahwa komputer memainkan peranan penting dalam sebuah sistem informasi. Beberapa istilah yang terkait dengan CBIS yang akan dibahas antara lain: data, informasi, sistem, sistem informasi, dan “basis komputer” sebagai kata kuncinya.

Evolusi CBIS

Berfokus pada EDP (Electronic data processing)
Pada masa sebelum terkomputerisasi, perusahaan-perusahaan cenderung menolak kebutuhan informasi menggunakan managers. Praktek ini diteruskan dengan computer pertama, yang hanya digunakan dengan aplikasi akuntansi
Selama periode ini, yang bertahan hingga pertengahan ’60-an, aplikasi computer dinamakan electronic data processing atau EDP. Kata tersebut sudah jarang digunakan lagi, bahkan ketika digunakan pun mengandung konotasi negatif, yang artinya keterbatasan penggunaan computer untuk memproses penghitungan data alih-alih memproduksi informasi manajemen. Kata yang digunakan untuk mendeskripsikan aplikasi computer yang masih berjalan adalah data processing atau DP.

Berfokus pada SIM (Sistem Informasi Manajemen)
Pada tahun 1964, generasi terbaru peralatan computer diperkenalkan dan mendapatkan pengaruh dalam hal penggunaan dari computer yang digunakan. Computer terbaru ini merupakan yang pertama menggunakan silicon chip circuit dan menawarkan keuntungan untuk kecepatan proses lebih besar per dollar. Perusahaan bisa berpindah ke computer dengan kapasitas penyimpanan lebih besar dan dengan perlengkapan komunikasi data untuk harga yang relative sama. Konsep ini menggunakan computer sebagai management information system, atau MIS, dipromosikan oleh perusahaan computer untuk membenarkan peralatan tambahan.

Berfokus pada komunikasi (Otomatisasi Kantor)
Ada gerakan untuk menerapkan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk permasalahan bisnis. Ide dasarnya adalah AI bisa melakukan pemrosesan logika seperti manusia. Subkelas dari AI yang mendapatkan perhatian khusus adalah expert system karena merupakan fungsi yang sesuai. Sebagai contoh, expert system dapat menyediakan bantuan kepada manager seperti halnya dari konsultan manajemen

Referensi:
Ukar, K. (2006). Student Guide Series Pengenalan Komputer. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Wahyono, T. (2003). Computer based information system (CBIS). Kuliah Berseri IlmuKomputer.com, 1,  1-5.
Wulandari, D.I., Fajrina, N.A., Abdianti, Y. (2015). Computer based information system (CBIS). Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, 1, 1-5.

Tugas 2 - Komponen Sistem

Tujuan Komponen Sistem
Setiap sistem memiliki tujuan (Goal), entah hanya satu atau mungkin banyak. Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tak terarah dan tak terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda.



Masukan (input)
Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang berwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak. Input atau masukan juga dapat didefinisikan sebagai semua data dan perintah yang dimasukkan ke dalam memori komputer untuk selanjutnya diproses lebih lanjut oleh prosesor. Sebuah perangkat input adalah komponen piranti keras yang memungkinkan user atau pengguna memasukkan data ke dalam komputer, atau bisa juga disebut sebagai unit luar yang digunakan untuk memasukkan data dari luar ke dalam mikroprosesor.

Proses
Dalam sistem informasi, pengolahan atau proses berarti mengubah atau mengubah data menjadi output yang berguna. Pengolahan dapat melibatkan membuat perhitungan, membandingkan data dan mengambil tindakan alternatif, dan menyimpan data untuk penggunaan masa depan. Pengolahan data menjadi informasi yang berguna sangat penting dalam pengaturan bisnis. 
Pengolahan dapat dilakukan secara manual atau dengan bantuan komputer. Dalam aplikasi penggajian, jumlah jam setiap karyawan bekerja harus dikonversi. Input lain sering termasuk karyawan nomor ID dan departemen. Pengolahan pertama dapat melibatkan mengalikan jumlah jam kerja dengan tingkat upah per jam karyawan untuk mendapatkan gaji kotor. Jika jam kerja mingguan lebih dari 40, uang lembur mungkin juga disertakan. Kemudian pemotongan misalnya, pajak, iuran asuransi atau tabungan rencana yang dikurangkan dari gaji kotor untuk mendapatkan gaji bersih. 
Setelah perhitungan dan perbandingan yang dilakukan , hasilnya biasanya disimpan .Penyimpanan data yang melibatkan menjaga dan informasi yang tersedia untuk penggunaan masa depan , termasuk output.

Keluaran (output)
Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi, keluaran bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya. Output juga dapat didefinisikan sebagai bentuk data yang telah diproses menjadi bentuk yang dapat digunakan. Artinya komputer memproses data-data yang diinputkan menjadi sebuah informasi. Yang disebut sebagai perangkat output adalah semua komponen piranti keras yang menyampaikan informasi kepada orang-orang yang menggunakannya.

Elemen Komponen Sistem

Sistem mempunyai elemen-elemen dasar yang terdiri dari elemen input, elemen proses, maupun elemen output.  Sumber daya input diubah menjadi sumber daya output. Sumber daya tersebut mengalir dimulai dari elemen input, melalui elemen proses/transformasi/pengolahan, lalu ke elemen output. Suatu mekanisme pengendalian memantau proses transformasi untuk meyakinkan bahwa sistem tersebut memenuhi tujuannya (dalam Agustina, dkk., 2013)

Komponen Model
Komponen ini terdiri dari kombinasi prosedur, logika, dan model matematik  yang  akan memanipulasi data  input dan data  yang  tersimpan di basis data  dengan cara  yag  sudah  ditentukan untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.

Komponen Input
Input mewakili data  yang masuk kedalam sistem informasi. Input disini termasuk metode  dan media untuk  menangkap  data  yang  akan dimasukkan, yang  dapat berupa  dokumendokumen dasar.

Komponen Output
Hasil dari sistem informasi adalah keluaran yang merupakan informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk semua pemakai sistem.

Komponen Teknologi 
Teknologi merupakan “tool box”  dalam sistem informasi, Teknologi digunakan untuk  menerima input, menjalankan  model, menyimpan dan mengakses data, neghasilkan dan  mengirimkan keluaran, dan membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan.

Komponen hardware 
Hardware berperan penting sebagai suatu media  penyimpanan vital bagi sistem informasi. Yang berfungsi sebagai tempat untuk  menampung  database atau  lebih  mudah dikatakan  sebagai sumber data  dan informasi untuk  memperlancar dan mempermudah kerja  dari  sistem informasi.

Komponen software 
Software  berfungsi sebagai tempat untuk  mengolah,menghitung  dan memanipulasi data  yang diambil dari hardware untuk menciptakan suatu informasi. 3 

Komponen basis data (database)
Basis data (database)  merupakan  kumpulan data  yang saling  berkaitan dan berhubungan  satu dengan yang lain, tersimpan di pernagkat keras komputer dan menggunakan perangkat  lunak  untuk memanipulasinya.  Data  perlu  disimpan dalam basis data  untuk  keperluan  penyediaan informasi lebih  lanjut. Data  di dalam basis data  perlu  diorganisasikan  sedemikian rupa supaya informasi yang dihasilkan berkualitas. Organisasi basis data yang  baik  juga  berguna  untuk  efisiensi kapasitas penyimpanannya. Basis data  diakses atau  dimanipulasi menggunakan perangkat lunak  paket yang  disebut DBMS  (Database  Management System).

Komponen kontrol 
Banyak hal yang dapat merusak sistem informasi, seperti bencana alam, api, temperatur, air, debu, kecurangan­-kecurangan, kegagalan-­kegagalan sistem itu  sendiri, ketidak efisienan, sabotase dan lain sebagainya. Beberapa pengendalian perlu dirancang dan diterapkan untuk  meyakinkan bahwa hal­hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun bila terlanjur terjadi kesalahan­kesalahan dapat langsung cepat diatasi.

Proses Komponen Sistem


Proses elemen-elemen dalam sistem dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada awalnya, seorang user harus melakukan input data terlebih dahulu agar data tersebut dapat diproses oleh sistem. Kemudian sistem memproses data tersebut sesuai dengan kebutuhan dari user. Hasil output yang diberikan oleh sistem lalu diperlihatkan kepada user, apakah sesuai dengan kebutuhan. Namun, terkadang suatu kesalahan juga dapat terjadi kepada sistem karena beberapa input yang diberikan oleh user mungkin tidak sesuai dengan kebutuhan sistem untuk memprosesnya. Karena itu dibutuhkan feedback dari user kepada output dari sistem agar dimasa depan kesalahan tersebut dapat dihindari

Referensi:
Agustina, M., dkk. (2013). Sistem informasi 1: Panduan pemebelajaran system informasi di perguruan tinggi. Palembang: Universitas Bina Darma.
Kristanto, Andi (2003). Perancangan sistem dan aplikasinya. Jogjakarya: Gava Media. 
Mc.Leod, R. Jr. & G. Schell. (2004).Sistem Informasi Manajemen, Prenhallindo, Jakarta.
Siagian P, Sondang (2008). Sistem Informasi Managemen. Jakarta: Bumi Aksara.

Sabtu, 17 Oktober 2015

Sistem Informasi Psikologi

Apakah pengertian sistem informasi psikologi itu? Berikut akan dijabarkan per-kata, yaitu pengertian sistem, pengertian informasi dan pengertian psikologi sendiri dari berbagai tokoh. 

Pengertian Sistem

Jogianto : Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem ini menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata adalah suatu objek nyata, seperti tempat, benda, dan orang-orang yang betul-betul ada dan terjadi (dalam Kursini, 2007).
Murdick, R. G. : Suatu sistem adalah seperangkat elemen yang membentuk kumpulan atau prosedur-prosedur / bagan-bagan pengolahan yang mencari suatu tujuan tertentu (dalam Hutahean, 2014).
Jerry Futz Gerald : Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu (dalam Hutahean, 2014).
Davis, G. B. : Sistem secara fisik adalah kumpulan dari elemen-elemen yang beroperasi bersama-sama untuk menyelesaikan suatu sasaran (dalam Hutahean, 2014).
Dr. Ir. Harijono Djojodihardjo : Suatu sistem adalah sekumpulan objek yang mencakup hubungan fungsional anara tiap-tiap objek dan hubungan antara ciri tiap objek, dan yang secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan secara fungsional (dalam Hutahean, 2014).

Pengertian Informasi

Gordon B. Davis : Informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata atau yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang (dalam Hutahean, 2014).
Raymond Mc. Leod : Informasi merupakan data yang diolah menjadi bentuk yang memiliki arti penting bagi penerimanya dan berguna untuk pengambilan keputusan, baik saat itu juga maupun masa yang akan datang (dalam Hutahean, 2014)
Kusrini (2007) : Informasi adalah data yang sudah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi pengguna, yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan saat ini atau mendukung sumber informasi. Data belum memiliki nilai sedangkan informasi sudah memiliki nilai. Informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih besar dibanding biaya untuk mendapatkannya.

Pengertian Psikologi

Gunarsa (2004) : Psikologi berasal dari psyche yakni jiwa dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. Sehingga dapat dikatakan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa seseorang yang diselidiki melalui perilakunya karena perilaku seseorang adalah hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungan, maka perilaku harus dipelajari dalam hubungan dengan lingkungannya.
Wundt : Psikologi merupakan ilmu tentang kesadaran manusia. Pengertian tersebut memberikan pemahaman bahwa psikologi juga mempelajari tentang kesadaran manusia dalam berbagai hal (dalam Basuki, 2008)
Wade dan Tarvis (2009) : Psikologi adalah sebuah disiplin ilmu yang berfokus pada perilaku dan berbagai proses mental serta cara perilaku dan berbagai proses mental ini dipengaruhi oleh kondisi mental organisme dan lingkungan eksternal. 

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Psikologi adalah seperangkat elemen yang berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu dan berupa data-data mengenai perilaku manusia yang terlihat maupun tidak terlihat secara langsung sehingga data tersebut dapat diolah menjadi bentuk yang bernilai dan dapat mempengaruhi keputusan-keputusan baik yang sekarang maupun yang akan datang.

Sumber:
Basuki, H. (2008). Psikologi Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma.
Gunarsa, S. D. (2004). Psikologi praktis : Anak, remaja, dan keluarga. Jakarta : Gunung Mulia.
Hutahean, J. (2014). Konsep Sistem Informasi. Yogyakarta : Deepublish.
Kusrini. (2007). Sistem informasi akuntansi dengan Visual Basic dan Microsoft SQL server. Jakarta : Penerbit Andi.
Tavris, C. dan Wade, C. (2009). Psikologi : Edisi 9 - Jilid 1. Jakarta : Erlangga.


Selasa, 09 Juni 2015

Psikoterapi: Rational Emotive Therapy

Ellis (dalam Corey, 1995) berpendapat bahwa pendekatan Rasional Emotive Therapy memandang bahwa indivitu memiliki potensi untuk memahami kelebihan-kelebihan dan keterbatasannya masing-masing. Namun, disela-sela kelebihan dan keterbatasannya, setiap individu harus memiliki potensi untuk berpandangan yang rasional dan realistik, agar indicidu mampu melakukan adaptasi diri dengan baik, sehingga setiap individu tidak lagi selalu berfikir yang irrasional.

KONSEP DALAM RET

Corey (2013) mengatakan bahwa Rational Emotive Therapy dikenal teori A (Activating events)-B (Irrational Beliefs)-C (Consequences). Activating event merupakan suatu fakta, peristiwa, perilaku atau sikap orang lain. Irrational Beliefs adalah keyakinan individu yang tidak rasional tentang suatu fakta atau perilaku orang lain yang menjadi penyebab Consequences. Consequences merupakan reaksi emosional yang dialami oleh seseorang.

Albert Ellis mempunyai teori bahwa ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.
Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.
Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan atau sistem berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif.
Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.



TEKNIK DALAM RET

Ellis (Corey, 2009) menjelaskan bahwa “terapis rational emotive therapy berusaha membantu mereka untuk mengatasi segenap manifestasi dari depresi, kesakitan, kehilangan rasa berharga, dan kebencian”. Uraian tersebut menjelaskan bahwa rational emotive therapy dapat mengatasi masalah ketidak percayaan diri yang muncul akibat dari pemikiran yang irrasional terhadap orang lain.
Terapi Rational-Emoif  menggunakan berbagai teknik yang bersifat kognitif, afektif, dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien. Berikut beberapa macam teknik yang dipakai sebagai berikut
a. Assertive Training, digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klienn untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan perilaku tertentu yang diinginkan.
b. Sosiodrama, digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan melalui suatu suasana yang didramatisasikan sedemikan rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan, ataupun melalui gerakan-gerakan dramatis.
c. Self Modeling, digunakan untuk meminta klie agar “berjanji” atau mengadakan “komitmen” dengn konselor untuk menghilangkan perasaan atau perilaku tertentu.
d. Imitasi, digunakan dimana klien diminta untuk menirukan secara terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.
2. Teknik- teknik Behavioristik
Ini digunakan dengan upaya memodifikasi perilaku-perilaku negatif dari klien dengan mengubah akar-akar keyakinannya yang tak rasional dan tak logis. Beberapa teknni yang termasuk dalam teknik behavioristik:
a. Reinforcement, digunakan untuk mendorong klien ke arah perilaku yang lebih rasional dan logis  dengan jalan memberikan pujian verbal ataupun hukuman.
b. Social Modeling, digunakan untuk memberikan perilaku-perilaku baru pada klien.
c. Live Models, digunakan untuk menggambarkan perilaku-perilaku tertentu, khususnya situasi-situasi interpersonal yang kompleks dalam bentuk percakapan sosial, interaksi dengan memecahkan masalah-masalah.
3. Teknik-teknik Kognitif
Teknik ini bertujuan mendorong klien dan memodifikasi aspek kognitifnya agar dapat berfikir atau berperilaku sesuai sistem nilai yang diharapkan baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungannnya. Beberapa teknik kognitif yang cukup dikenal :
a. Home Work Assigments, teknik ini memberikan klien tugas-tugas
rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan dapat menuntut pola perilaku yang diharapkan.
b.  Assertive, digunakan untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan perilaku-perilaku tertentu yang diharapkan.

UNSUR DALAM RET

Menurut Gunarsa (1996), pendekatan Rational Emotive Therapy ini memandang bahwa manusia adalah korban dari pola berpikirnya sendiri yang tidak rasional. Oleh karena itu terapis berupaya memperbaiki pola berpikir yang tidak rasional ini dengan mendidik kembali (reeducation) sang klien dengan cara memberikan tugas tertentu yang harus dilakukan klien atau mengajarkan strategi tertentu untuk memperkuat proses berpikirnya. Proses ini dilakukan dengan pendekatan secara langsung (directive) .


Sumber:
Gunarsa, S. D. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Hidayah, Z. (2014). Meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan rational emotive therapy. Lampung : Universitas Lampung. 3(1) 1-12.
Sukardi, D. K. (1989). Pengantar Teori Konseling. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Jumat, 01 Mei 2015

Psikoterapi: Logoterapi

Logoterapi berasal dari kata Yunani logos yang mengandung dwiarti. Pertama, logos berarti : "spirit" yaitu suatu dimensi terdalam dari seorang ke manusia dan arti ini lebih ke antropologis dari pada teologis. Kedua adalah "meaning" yaitu nilai kehidupan sebagai seorang manusia. Singkatnya, logoterapi adalah sebuah teori yang berorientasi untuk menemukan arti, suatu arti dalam dan bagi eksistensi manusia. Hal terpenting dalam logoterapi adalah menerima tanggung jawab dan berusaha menemukan arti atau nilai dibalik kehidupan.
Viktor Emil Frankl adalah tokoh dari logoterapi. Viktor Emil Frankl adalah seorang neurolog dan psikiater Austria serta korban Holocaust yang selamat. Frankl adalah pendiri logoterapi dan Analisis Eksistensial, "Aliran Wina Ketiga" dalam psikoterapi. Bukunya, Man's Search for Meaning (pertama kali terbit pada 1946) mencatat pengalamannya sebagai seorang tahanan kamp konsentrasi dan menguraikan metode psikoterapisnya dalam upaya mencari makna dalam segala bentuk keberadaan, bahkan yang paling kelam sekalipun, dan dengan demikian juga alasan untuk tetap hidup. Frankl adalah salah satu tokoh utama dalam terapi eksistensial.


Konsep Terapi
Terdapat 3 konsep fundamental yang perlu diketahui dalam hubungan dengan logoterapi, antara lain :
1. Freedom of Will ( Bebas dari kemamuan ) 
Arti kata kebebasan yang dimaksud adalah suatu kebebasan untuk tetap berdiri/tegak apapun kondisi yang dialami manusia. Disini manusia bebas untuk menentukan sikapnya menghadapi keadaan disekitarnya, bebas membuat rencana diluar kecenderungan somatik dan komponen-komponen psikisnya. Bebas dari kemauan tidak berarti bebas dari kondisi bologis, fisik, sosiaologis,dan psikologis. Tetapi bebas untuk mengambil sikap bukan hanya menghadapi dunia, melainkan diri sendiri.
2. Will-to-meaning 
Kemauan untuk menemukan arti kehidupan. Suatu dorongan kemuan dasar yang berjuang untuk mencapai arti hidup yang lebih tinggi untuk eksis didunia. Ia merupakan suatu dorongan yang mengendalikan manusia untuk menemukan arti dalam kehidupan. Will-to-meing muncul dari keinginan pembawaan dasar manusi untuk mengaktulisasikan sebanyak mungkin nilai hidup dalan diri manusia.
3. The meaning of life 
Arti hidup yang dimaksudkan disini adalah arti hidup yang bukan untuk dipertanyakan, tetapi untuk direspon, karena kita semua bertanggung jawab untuk suatu hidup. Respon yang diberikan bukan dalam bentuk kata, tapi dalam bentuk tindakan dengan melakukannya.

Teknik Terapi
Frankl dengan logoterapinya tidak hanya menyumbang teori, tetapi juga teknik-teknik terapo yang khusus kepada dunia psikoterapi. Teknik-teknik logoterapi yang terkenal adalah intensi paradoksikal, derefleksi, dan bimbingan rohani.

a. Intensi Paradoksikal :
Merupakan teknik dimana klien diajak melakukan sesuatu yang paradoks dengan sikap klien terhadap situasi yang dialami. Klien diajak mendekati dan mengejek sesuatu dan bukan menghindar. Teknik ini bertujuan lebih daripada perubahan pola tingkah laku. Teknik ini diarahkan pada penghapusan gejala melalui cara yang paradoks, yakni meminta kepada klien agar ia dengan sengaja menampilkan gejala yang dialaminya, tetapi melebih-lebihkan dan mengejek atau berhumor atau gejala itu. Landasan dari intensi paradoksikal adalah kesanggupan manusia untuk bersikap bebas dan mengambil jarak terhadap dirinya sendiri/ melampaui diri sendiri dan inilah yang dinamakan humor.

b. Derefleksi
Frankl percaya bahwa sebagaian besar terhadap persoalan kejiwaan berasal dari perhatian yang terlalu fokus pada diri sendiri. Dengan mengalihkan perhatian diri sendiri dan mengarahkannya pada orang lain, persoalan itu akan hilang dengan sendirinya. Dengan teknik tersebut, klien diberi kemungkinan untuk mengabaikan neurosisnya dan memusatkan perhatian pada sesuatu yang terlepas dari dirinya.

c. Bimbingan Rohani
Metode khusus digunakan pada penanganan kasus individu berada pada penderitaan yang tidak dapat terhindarkan atau dalam suatu keadaan yang tidak dapat dirubah, dan tidak mampu berbuat apalagi selain menghadapi masalah yang dialami. Pada metode ini individu didorong untuk merealisasikan nilai bersikap dengan menunjukan sikap positif terhadap penderitaannyadalam rangka menemukan makna dibalik penderitaannya tersebut.

Sumber:
Chaplin, C., P. (1989). Kamus Lengkap PSIKOLOGI. Jakarta : Rajawali
Naisaban, L. (2004). PARA PSIKOLOGI TERKEMUKA DUNIA - Riwayat Hidup, Pokok Pikiran dan Karya. Jakarta: Grasindo
Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius

Kamis, 30 April 2015

Psikoterapi: Terapi Humanistik Eksistensial

Terapi eksistensial humanistik adalah terapi yang sesuai dalam memberikan bantuan kepada klien. Karena teori ini mencakup pengakuan eksistensialisme terhadap kekacauan, keniscayaan, keputusasaan manusia kedalam dunia tempat dia bertanggung jawab atas dirinya.

Beberapa tokoh dalam humanistik eksistensial, salah satunya adalah Abraham Maslow menyebutnya sebagai teori holistic-dinamis karena teori ini menganggap bahwa keseluruhan dari seseorang termotivasi oleh satu atau lebih kebutuhan dan orang memiliki potensi untuk tumbuh menuju kesehatan psikologis yaitu aktualisasi diri. Untuk memnuhi aktualisasi diri, ada beberapa kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi yaitu kebutuhan akan lapar, keamanan, cinta, dan harga diri. Setelah itu semua terpenuhi, maka seseorang bisa mencapai aktualisasi diri.

Tujuan mendasar eksistensial humanistik adalah membantu individu menemukan nilai, makna, dan tujuan dalam hidup manusia sendiri. Juga diarahkan untuk membantu klien agar menjadi lebih sadar bahwa mereka memiliki kebebasan untuk memilih dan bertindak, dan kemudian membantu mereka membuat pilihan hidup yang memungkinkannya dapat mengaktualisasikan diri dan mencapai kehidupan yang bermakna.

Konsep Terapi Eksistensial Humanistik
Terapi Eksistensial humanistik berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alih-alih suatu sistem tehnik-tehnik yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Eksistensial humanistik berasumsi bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensipotensi yang baik minimal lebih banyak baiknya dari pada buruknya. Terapi eksistensial humanistik memusatkan perhatian untuk menelaah kualitas-kualitas insani, yakni sifat-sifat dan kemampuan khusus manusia yang terpateri pada eksistensial manusia, seperti kemampuan abstraksi, daya analisis dan sintesis, imajinasi, kreatifitas, kebebasan sikap etis dan rasa estetika. Terapi eksistensial humanistik berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alihalih suatu sistem tehnik-tehnik yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Oleh karena itu, pendekatan eksistensial humanistik bukan justru aliran terapi, bukan pula suatu teori tunggal yang sistematik suatu pendekatan yang mencakup terapiterapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsiasumsi tentang manusia.

Pendekatan eksistensial humanistik mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi. Ia menunjukkan bahwa manusia selalu ada dalam proses pemenjadian dan bahwa manusia secara sinambung mengaktualkan dan memenuhi potensinya. Pendekatan eksistensial humanistik secara tajam berfokus pada fakta-fakta utama keberadaan manusia, kesadaran diri, dan kebebasan yang konsisten.
Menurut teori dari Albert Ellis yang berhubungan dengan eksistensi manusia. Ia menyatakan bahwa manusia bukanlah makhluk yang sepenuhnya ditentukan secara biologis dan didorong oleh naluri-naluri. Ia melihat sebagai individu sebagai unik dan memiliki kekuatan untuk menghadapi keterbatasan-keterbatasan untuk merubah pandangan-pandangan dan nilai-nilai dasar dan untuk mengatasi kecenderungan-kecenderungan menolak diri-sendiri. Manusia mempunyai kesanggupan untuk mengkonfrontasikan sistem-sistem nilainya sendiri dan menindoktrinasi diri dengan keyakinan-keyakinan, gagasan-gagasan dan nilai yang berbeda, sehingga akibatnya, mereka akan bertingkah laku yang berbeda dengan cara mereka bertingkah laku dimasa lalu. Jadi  karena berfikir dan bertindak sampai menjadikan dirinya bertambah, mereka bukan korban-korban pengondisian masa lalu yang positif.

Teknik Terapi
Teknik utama eksistensial humanistik pada dasarnya adalah penggunaan pribadi konselor dan hubungan konselor-konseli sebagai kondisi perubahan. Namun eksistensial humanistik juga merekomendasikan beberapa teknik (pendekatan) khusus seperti menghayati keberadaan dunia obyektif dan subyektif klien, pengalaman pertumbuhan simbolik (suatu bentuk interpretasi dan pengakuan dasar tentang dimensi-dimensi simbolik dari pengalaman yang mengarahkan pada kesadaran yang lebih tinggi, pengungkapan makna, dan pertumbuhan pribadi).
Teknik dalam terapi ini antara lain:

  • Penerimaan
  • Rasa hormat 
  • Pemahaman
  • Menentramkan hati 
  • Pertanyaan terbatas 
  • Memantulkan pertanyaan dan perasaan
Pada saat terapis menemukan keseluruhan dari diri klien, maka saat itulah proses terapeutik berada pada saat yang terbaik. Penemuan kreatifitas diri terapis muncul dari ikatan saling percaya dan kerjasama yang bermakna dari klien dan terapis. Proses konseling oleh para eksistensial meliputi tiga tahap yaitu:
  1. Tahap pertama, konselor membantu klien dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka terhadap dunia. Klien diajak mendefinisikan cara pandang agar eksistensi mereka diterima. Konselor mengajarkan mereka bercermin pada eksistensi mereka dan meneliti peran mereka dalam hal penciptaan masalah dalam kehidupan mereka.
  2. Pada tahap kedua, klien didorong agar bersemangat untuk lebih dalam meneliti sumber dan otoritas dari sistem mereka. Semangat ini akan memberikan klien pemahaman baru dan restrukturisasi nilai dan sikap mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan dianggap pantas.
  3. Tahap ketiga berfokus pada untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka. Klien didorong untuk mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan yang kongkrit. Klien biasanya akan menemukan kekuatan untuk menjalani eksistensi kehidupanya yang memiliki tujuan. Dalam perspektif eksistensial, teknik sendiri dipandang alat untuk membuat klien sadar akan pilihan mereka, serta bertanggungjawab atas penggunaaan kebebasan pribadinya. 


Sumber:
Corey, Gerald. (1995). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung : PT. Eresku.
Modul Bimbingan dan Konseling - PLPG Kuota. (2008). Surabaya: Unesa.

Psikoterapi : Terapi Psikoanalisis

Psikoanalisis adalah suatu sistem dalam psikologi yang berasal dari penemuan-penemuan Freud dan menjadi dasar dalam teori psikolgi yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotik. Psikoanalisis memandang kejiwaan manusia sebagai ekspresi dari adanya dorongan yang menimbulkan konflik. Dorongan-dorongan ini sebagaian disadari dan sebagian lagi, bahkan sebagian besar tidak disadari. Konflik timbul karena ada dorongan -dorongan yang saling bertentangan sebagai manifestasi dari kenyataan bahwa manusia adalah makhluk sosial disamping biologis. Berfungsinya aspek psikis karena itu ada kaitan dengan nilai-nilai yang ada di lingkungan, yang pada psikoanalisis memandang lingkungan keluarga sebagai sumber utama dan aspek-aspek yang ada kaitan dengan tubuhnya. Sebagaimana diketahui bahwa teori-teori yang dikemukakan oleh Freud banyak dilandasi oleh hal-hal yang biologis. Arlow mengatakan bahwa psikoanalisis adalah sistem dalam psikologi yang lengkap dan luas. Meliputi luar, dasar biologis dan peranan sosial seseorang yang kesemuanya berfungsi dalam kehidupan pribadi maupun kelompok.
Psikoanalisis sebagai teori dari psikoterapi berasal dari uraian Freud bahwa gejala neurotik pada seseorang timbul karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan yang ada kaitannya dengan ingatan yang ditekan, ingatan mengenai hal-hal yang traumatik dari pengalaman seksual pada masa kecil.

Freud mengenalkan 3 unsur dasar kepribadian, yaitu id, ego dan super-ego yang dipahami sebagai proses hipotesis. Id sepenuhnya terletak dalam ketidaksadaran. Ego dan super-ego mencakup ketiga tahap kesadaran. Ketidaksadaran mencakup ketiga struktur kepribadian, walaupun bagian yang terbesar adalah id.

Tujuan dari terapi ini antara lain:
  • Membentuk kembali struktur karakter individu dengan membuat pasien sadar akan hal yang selama ini tidak disadarinya. 
  • Mengungkapkan konflik-konflik yang dianggap mendasari munculnya ketakutan yang ekstrem dan reaksi menghindar yang menjadi karakteristik gangguan ini. 
  • Fokus pada upaya mengalami kembali pengalaman masa anak-anak.
  • Bertujuan agar klien neurotik memiliki ego yang cukup lentur untuk bergeser diantara fungsi-fungsi ego yang bertentangan dan memadukannya dengan memperhatikan batas-batas yang ditentukan oleh konflik-konflik neurotik.
  • terapi psikoanalisa juga bertujuan untuk menggantikan tingkah laku defensif dengan tingkah laku yang lebih adaptif, sehingga klien dapat menemukan kepuasan tanpa menghukum dirinya sendiri atau orang lain.



Rabu, 29 April 2015

Psikoterapi : Person Centered Therapy


Terapi Person Centered Therapy disebut juga client-centered therapy (terapi yang berpusat pada pasien) atau nondirektif. Penggagas terapi ini adalah Carl Ramson Rogers yang diawali pada tahun 1942.  Pendekatan humanistik Rogers terhadap terapi - person centered therapy - membantu pasien untuk lebih menyadari dan menerima dirinya yang sejati dengan menciptakan kondisi-kondisi penerimaan dan penghargaan dalam hubungan terapeutik. Rogers berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksalan tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang dimilikinya kepada pasien. Fokus dari terapi adalah pasien. Terapi ini adalah nondirektif, yakni pasien yang mengarahkan jalannya terapi. Terapis memantulkan perasaan-perasaan yang diungkapkan pasien untuk membantunya berhubungan dengan perasaan-perasaan.

Terapi client centered ini membantu pasien untuk lebih menyadari dan menerima dirinya yang sebenarnya dengan menciptakan penerimaan diri yang dapat diwujudkan dalam hubungan terapeutik. Terapis tidak boleh memaksakan kehendak atau tujuan tujuan yang ia miliki terhadap pasien. Terapis memantulkan perasaan yang diungkapkan pasien untuk membantu pasien berhubungan dengan perasaan yang lebih mendalam serta bagian dari dirinya yang tidak akui/diterima masyarakat. Dengan kata lain, terapis menguraikan kata-kata yang diungkapkan pasien tanpa memberi penilaian.

Unsur-Unsur Terapi
  • Terapi person centered therapy difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan cara-cara menghadapi kenyataan lebih sempurna.
  • Menekankan medan fenomenal klien. Medan fenomenal (fenomenal field) merupakan keseluruhan pengalaman seseorang yang diterimanya, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Klien tidak lagi menolak atau mendistorsi pengalaman-pengalaman sebagaimana adanya.
  • Prinsip-prinsip psikoterapi berdasarkan bahwa hasrat kematangan psikologis manusia itu berakar pada manusia sendiri. Maka psikoterapi itu bersifat konstrukstif dimana dampak psikoterapeutik terjadi karena hubungan terapis dan klien.
  • Terapi ini tidak dilakukan dengan suatu sekumpulan teknik yang khusus. Tetapi pendekatan ini berfokus pada person sehingga terapis dan klien memperlihatkan kemanusiawiannya dan partisipasi dalam pengalaman pertumbuhan.


Teknik Terapi
Pandangan Rogers tentang psikoterapi memberi penekanan yang lebih besar pada teknik-teknik. Kemudian karena pendekatan person centered berkembang, maka terjadi peralihan dari penekanan teknik-teknik terapeutik ke penekanan kepribadian, keyakinan-keyakinan, sikap-sikap terapis, serta pada hubungan terapeutik.
  • Hubungan antara terapis dan pasien sekarang menjadi hal yang sangat penting dalam teknik. Terapis harus membawa ke dalam hubungan tersebut sifat-sifat khas yang berikut.
  • Menerima. Terapis menerima pasien dengan respek tanpa menilai atau mengadilinya entah secara positif atau negatif. Pasien diterima tanpa syarat.
  • Keselarasan. Tidak ada kontradiksi antara apa yang dikatakan terapis dan yang dilakukan terapis
  • Pemahaman. Terapis mampu melihat pasien dalam cara empatik yang akurat. Dia memiliki pemahaman konotatif dan kognitif.
  • Mampu mengkomunikasikan sifat-sifat khas. Terapis mampu mengkomunikasikan penerimaan, keselarasan dan pemahaman kepada pasien sedemikian rupa sehingga membuat perasaan-perasaan terapis jelas kepada pasien.
  • Hubungan yang membawa akibat. Suatu hubungan yang bersifat mendukung, yang aman dan bebas dari ancaman akan muncul dari teknik-teknik di atas.

Konsep Terapi
  • Menekankan pada dorongan dan kemampuan yang terdapat dalam diri individu yang berkembang, untuk hidup sehat dan menyesuaikan diri.
  • Menekankan pada unsur atau aspek emosional dan tidak pada aspek intelektual.
  • Menekankan pada situasi yang langsung dihadapi individu, dan tidak pada masa lampau.
  • Menekankan pada hubungan terapeutik sebagai pengalaman dalam perkembangan individu yang bersangkutan.
  • Konsep dasar pandangan tentang manusia :
  • Pandangan person centered tentang sifat manusia konsep tentang kecenderungan-kecenderungan negatif dasar. Rogers menunjukkan kepercayaan yang mendalam pada manusia. Ia memandang manusia sebagai tersosialisasi dan bergerak ke muka, sebagai berjuang untuk berfungsi penuh, serta sebagai bmemiliki kebaikan yang positif pada intinya yang terdalam. Pendek kata, manusia dipercayai dan karena pada dasarnya kooperatif dan konstruktif, tidak perlu diadakan pengendalian. Maka dengan pandangan ini, terapi person-centered berakar pada kesanggupan seseorang (klien) untuk sadar dan membuat putusan-putusan


Sumber:
Alwilsol. (2008). Psikologi kepribadian. UMM Press. Malang.
Corey, Gerald. (1995). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung : PT. Eresku.
Gunarsa, S.D. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : Gunung Mulia



Senin, 30 Maret 2015

#2 Psikoterapi: Perbedaan Psikoterapi vs. Konseling dan Bentuk Utama Terapi

Perbedaan Psikoterapi dan Konseling

Brammer (dalam Sholeh, 2008) membedakan antara psikoterapi dan konseling. Brammer berpendapat bahwa konseling menekankan perencanaan yang lebih bersifat rasional, problem-solving, pembuatan keputusan, intensionalitas, pencegahan dari beberapa penyesuaian diri, mendorong timbulnya situasi yang menyenangkan dalam kehidupan sehari-hari bagi orang normal. Psikoterapi lebih mengarah kepada re-education of individual. Dasar bantuan psikoterapi adalah mencari persepsi dan perubahan secara jelas, mengintegrasikan kesadaran ke dalam kehidupan sehari-hari, memagari perasaan susah/sedih, yang berasal dari pengalaman buruk di masa lalu. Psikoterapi menekankan intensitas dan tingkat keterlibatan yang lama dan berhubungan dengan pengurangan beberapa permasalahan hidup.
Aspek Perbedaan dalam Psikoterapi dan Konseling

Sedangkan menurut Ivey dan Simek Downing (dalam Gunarsa, 1996) perbedaan konseling dengan psikoterapi, yaitu psikoterapi adalah proses jangka panjang, berhubungan dengan upaya merekonstruksi seseorang dan perubahan yang lebih besar pada struktur kepribadian. Sedangkan konseling adalah proses yang lebih intensif berhubungan dengan upaya membantu orang normal mencapai tujuannya dan agar berfungsi lebih efektif.


Bentuk Utama Terapi

Phares (dalam Markam 2007) membedakan bentuk bentuk utama terapi menjadi dua aspek, yaitu menurut taraf kedalamannya dan menurut tujuannya. Menurut kedalamannya dibedakan psikoterapi suportif, psikoterapi reedukatif, dan psikoterapi rek ronstruktif .

Psikoterapi suportif 
untuk memperkuat perilaku penyesuaian diri klien yang sudah baik, memberi dukungan psikologis dan menghindari diri dari usaha untuk menggali apa yang ada dalam alam bawah sadar klien. Alasan penghindaran karena kalau akan “dibongkar” ketidaksadarannya, klien ini mungkin akan menjadi lebih parah dalam penyesuaian dirinya. Psikoterapi suportif biasanya dilakukan untuk memberikan dukungan pada klien untuk tetap bertahan menghadapi kesulitannya.


Psikoterapi reedukatif
untuk mengubah pikiran atau perasaan klien agar ia dapat berfungsi lebih efektif. Terapis mengajak klien atau pasien untuk mengkaji ulang keyakinan kilen, mendidik kembali agar ia dapat menyesuaikan diri lebih baik setelah mempunyai pemahaman yang baru atas persoalannya. Terapis tidak hanya membatasi diri membahas kesadaran saja, namun juga tidak terlalu menggali ketidaksadaran. Psikoterapi jenis reedukatif ini biasanya yang terjadi dalam konseling.

Psikoterapi rekonstruktif
untuk mengubah seluruh kepribadian pasien/klien, dengan menggali ketidaksadaran klien, menganalisis mekanisme defensif yang patologis, member pemahaman akan adanya proses-proses tak sadar dan seterusnya. Psikoterapi jenis ini berkaitan dengan pendekatan psikoanalisis dan biasanya berlangsung intensif dalam waktu yang sangat lama.

Sumber:
- Gunarsa, S.D. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : Gunung Mulia
-Markam, Sumarmo. (2007). Pengantar Psikologi Klinis. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
- Sholeh, Moh. (2008). Bertobat sambil berobat. Jakarta : PT Mizan Junaidi.

Jumat, 20 Maret 2015

#1 Psikoterapi : Pengertian, Tujuan dan Unsur

Psikoterapi bertitiktolak dari suatu paham bahwa manusia pada hakikatnya bisa dan mungkin untuk dipengaruhi dan diubah melalui intervensi psikologik yang dilakukan atau direncanakan oleh orang lain. Hal ini seiring dengan pandangan dan konsepsi tentang manusia dari masing-masing ahli yang didasari oleh orientasi pemikiran dan falsafah yang dianutnya.
Secara etimologis, psikoterapi berasal dari kata "psyche" yang berarti jiwa dan "therapy" yang artinya merawat, sehingga psikoterapi dapat diartikan sebagai "perawatan terhadap aspek kejiwaan seseorang". Menurut Gunarsa (1996), perawataan melalui psikoterapi adalah perawatan yang secara umum mempergunakan intervensi psikis dengan pendekatan psikologik terhadap pasien yang mengalami gangguan psikis atau hambatan kepribadian. Selanjutnya, Gunarsa mengungkapkan psikoterapi sebagai terminologi umum yang dilakukan dengan berbagai metode dan teknik, diantaranya metode dan teknik yang tetap besar, yaitu: Psikoanalisis, Rogererian, Behavioristik, Kognitif dan Humanistik.
Adz-Dzaky (2002) mendefinisikan psiko sebagai jiwa dan hati. Dalam mitologi Yunani, psyche adalah seorang gadis cantik yang bersayap seperti sayap kupu-kupu. Jiwa digambarkan berupa gadis dan kupu-kupu simbol keabadian. Menurut Freud (dalam Adz-Dzaky, 2002) merupakan pelaksanaan-pelaksanaan kegiatan psikologis, terdiri dari bagian sadar (conscious) dan bagian tidak sadar (unconscious). Sedangkan dalam bahasa Arab psyche dapat dipadankan dengan “nafs” dengan bentuk jamaknya ”anfus” atau ”nufus”. Nafs memiliki beberapa arti, diantaranya: jiwa, ruh darah, jasad, orang, diri dan sendiri.


Tujuan Psikoterapi dapat dirangkum berdasarkan metode dan teknik dari Ivey, et al dan Corey (dalam Gunarsa, 1996).
  • Pendekatan Psikodinamik - Ivey, et al : Membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribdaian dilakuan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama. Maksudnya adalah menyadari masa lalu/kejadian yang sudah ia lalui untuk membangun kembali kepribadiannya. Masa lalu dijadikan sebagai pembelajaran agar mengubah kepribadiannya menjadi lebih baik.
  • Pendekatan Psikoanalisis - Corey : Membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman – pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.
  • Pendekatan Rogerian (berpusat pada pribadi) - Ivey, et al : Untuk memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang menemukan sendiri arahnya secara wajar dan menemukan dirinya sendiri yang nyata atau ideal dan mengeksplorasi emosi yang majemuk serta memberi jalan bagi pertumbuhan dirinya yang unik. Maksudnya adalah psikoterapi bertujuan untuk memberi jalan kepada seseorang untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki dirinya dan mengekspresikan emosinya agar terungkap kemampuan dirinya yang unik, yang belum pernah diketahui.
  • Terapi Eksistensialistik-Humanistik - Corey : Untuk memberikan suasana aman, bebas, agar klien mengeksplorasi diri dengan enak, sehingga ia bisa mengenali hal – hal yang mencegah pertumbuhannya dan bisa mengalami aspek – aspek pada dirinya yang sebelumnya ditolak atau terhambat. Maksudnya adalah psikoterapi dengan pendekatan ini untuk memberi rasa aman, nyaman agar seseorang dapat mengungkap atau mengembangkan kemampuan dirinya yang sebelumnya masih terpendam atau belum terlihat.
  • Pendekatan Behavioristik - Ivey, et al : Untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan berperilaku dan untuk mengganti dengan pola – pola perilaku yang lebih bisa menyesuaikan. Maksudnya adalah psikoterapi dalam pendekatan ini yaitu dengan mengubah perilaku yang salah yang didapatkan dari proses belajar menjadi perilaku yang benar.
  • Teknik Gestalt - Ivey, et al : Agar seseorang lebih menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupan seseorang. Pada teknik ini, psikoterapi bertujuan untuk mengubah kehidupan seseorang menjadi lebih baik dengan cara bertanggung jawab secara keseluruhan mengenai kehidupannya.
Sedangkan, beberapa tujuan yang dipaparkan oleh Corey (2005) antara lain adalah agar klien menyadari diri, bergerak ke arah kesadaran yang lebih penuh atas kehidupan batinnya, dan menjadi kurang melakukan penyangkalan dan pendistorsian serta menerima tanggungjawab yang lebih besar atas siapa dirinya, menerima perasaan-perasaannya sendiri, menghindari tindakan menyalahgunakan lingkungan dan orang lain atas keadaan dirinya, dan menyadari bahwa sekarang dia bertanggungjawab untuk apa yang dilakukannya.

Unsur-unsur Psikoterapi yang dikemukakan oleh Masserman mencakup delapan parameter pengaruh dasar pada semua jenis psikoterapi, yaitu:
  • Peran sosial
  • Hubungan (Persekutuan tarapeutik)
  • Hak
  • Retrospeksi
  • Reduksi
  • Rehabilitisi, memperbaiki gangguan perilaku berat
  • Resosialisasi
  • Rekapitulasi

Sumber:
Adz Dzaky. (2002). Konseling dan Psikoterapi Islam : Penerapan Metode Sufistik. Jakarta : Fajar Pustaka Batu.
Corey, G. (2005). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.
Gunarsa, S. D. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : BPK Gunung Mulia.

Selasa, 20 Januari 2015

Tugas 4: Psi. Manajemen - Komunikasi dalam Manajemen & Pelatihan dan Pengembangan


Komunikasi dalam Manajemen

A. DEFINISI KOMUNIKASI

Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio yang berarti 'pemberitahuan' atau 'pertukaran pikiran'. Laswell (dalam Suprapto, 2009) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses yang menggambarkan siapa mengatakan apa dengan cara apa, kepada siapa dengan efek apa. Sedangkan menurut Carl I. Hovland (dalam Suprapto, 2009) komunikasi adalah proses di mana seseorang individu atau komunikator mengoperkan stimulan, biasanya dengan lambang-lambang bahasa verbal maupun non-verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain.

Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat kita golongkan ada tiga pengertian utama komunikasi, yaitu pengertian secara etimologis, terminologis, dan paradigmatis.
  1. Secara etimologis, komunikasi dapat dipelajadi menurut asal-usul kata, yaitu komunikasi berasal dari bahasa Latin 'commucicatio' dan perkataan ini bersumber pada kata 'commini' yang berarti sama makna mengenai sesuatu hal yang dikomunikasikan.
  2. Secara terminologis, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.
  3. Secara paradigmatis, komunikasi berarti pola yang meliputi sejumlah komponen berkorelasi satu sama lain secara fungsional untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Contohnya adalah ceramah, kuliah, dakwah, diplomasi dan sebagainya. Demikian pula pemberitaan surat kabar dan majalah, penyiaran radio maupun televisi.
Sedangkan menurut Wikipedia, komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.


B. PROSES KOMUNIKASI


Proses komunikasi adalah setiap langkah mulai dari saat menciptakan informasi sampai dipahami oleh komunikan. Komuniasi adalah sebuah proses, sebuah kegiatan yang berlangsung kantinu. Joseph De vito (dalam Suprapto, 2009) mengemukakan komunikasi adalah transaksi. Hal tersebut dimaksudnkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses di mana komponen-komponen saling terkait. Bahwa para pelaku komunikasi beraksi dan bereaksi sebagai satu kesatuan dan keseluruhan.


Dalam aplikasinya, langkah-langkah dalam proses komunikasi adalah sebagai berikut:
  1. Langkah pertama, ide/gagasan diciptakan oleh sumber/komunikator.
  2. Langkah kedua, ide yang diciptakan tersebut kemudian dialih bentukan menjadi lambing-lambang komunikasi yang mempunyai makna dan dapat dikirimkan.
  3. Langkah ketiga, pesan yang telah di encoding tersebut selanjutnya dikirimkan melalui saluran/media yang sesuai dengan karakteristik lambing-lambang komunikasi ditujukan kepada komunikan.
  4. Langkah keempat, penerima menafsirkan isi pesan sesuai dengan persepsinya untuk mengartikan maksud pesan tersebut.
  5. Langkah kelima, apabila pesan tersebut telah berhasil di decoding, khalayak akan mengirim kembali pesan tersebut ke komunikator.
Dengan demikian, sejak ide itu diciptakan sampai dengan dipahaminya pesan komunikasi yang menimbulkan umpan balik merupakan suatu proses komunikasi.


C. HAMBATAN KOMUNIKASI


Menurut Robbins (dalam Sukoco, 2003) ada empat hambatan komunikasi yang akan memengaruhi komunikasi yang kita lakukan.

1. Perbedaan Bahasa dan Presepsi
Lesikar mengilustrasikan pikiran kita yang mengatur input ini menjadi peta mental (mental map) yang mewakili presepsi kita mengenai realitas. Bahkan bila dua orang mengalami peristiwa yang sama, bayangan mental mereka mengenai peristiwa itu tidak akan identik. 
2. Gangguan Komunikasi
Menurut Locker, ada 2 gangguan dalam berkomunikasi, yaitu gangguan emosional dan gangguan fisik. Gangguan emosional adalah gangguan berdasarkan emosi atau perasaan yang sedang individu rasakan sehingga kadang individu sulit bersikap objektif. Sedangkan gangguan fisik meliputi hubungan yang buruk, akustik yang tidak baik maupun tulisan yang tidak dapat dibaca.
3. Overload Informasi
Komunikasi bisnis sering terganggu karena materinya rumit dan kontroversia. Jumlah pesan bisnis yang disampaikan semakin hari semakin banyak dan peluang untuk terjadinya umpan balik sering terbatas, sehingga sulit untuk meluruskan salah satu ngertian ketika hal itu terjadi. Dengan memahami berbagai tipe hambatan komunikasi yang ada dalam organisasi, peluang untuk mengatasinya akan meningkat.
4. Penyaringan yang Tidak Tepat
Menyaring adalah membuang atau menyingkirkan informasi sebelum pesan itu di teruskan kepada orang lain. Namun apabila hal tersebut mempengaruhi jumlah dan mutu informasi yang di teruskan, tentu akan mempengaruhi kominikasi efektif yng diharapkan. Dalam bisnis, banyak saringan antara anda dan penerima : sekertaris, asisten, mesin penjawab, dan voice-mail. Menelepon seseorang bisa menghabiskan waktu seminggu bila orang yang anda telepon dilindungi oleh penjaga pintu, atau saringan semacam ini. Hal in berarti pesan yang anda mungkin disuling. (Munir, 2007).

D. DEFINISI KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang pesannya dikemas dalam bentuk verbal atau nonverbal. Dalam komunikasi itu, seperti pada komunikasi umumnya, selalu mencakup dua unsur pokok:isi pesan dan bagaimana isi itu dikatakan atau dilakukan, baik secara verbal maupun nonverbal. Untuk efektifnya, kedua unsur itu sebaiknya diperhatikan dan dilakukan berdasarkan pertimbangan situasi, kondisi, dan keadaan penerima pesannya. Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang berproses pengembangan. Komunikasi interpersonal berbeda-beda tergantung dari tingkat hubungan pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi, pesan yang dikomunikasikan dan cara pesan dikomunikasikan. Komunikasi itu berkembang berawal dari saling pengenalan yang dangkal, berlanjut makin mendalam, dan berakhir dengan saling pengenalan yang amat mendalam. Tetapi juga dapat putus, sampai akhirnya saling melupakan.

Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi tatap muka. Karena itu, kemungkinan umpan balik (feedback) besar sekali. Dalam komunikasi itu, penerima pesan dapat langsung menanggapi dengan menyampaikan umpan balik. Dengan demikian, diantara pengirim dan penerima pesan terjadi interaksi yang satu mempengaruhi yang lain, dan kedua-duanya saling mempengaruhi dan memberi serta menerima dampak. Pengaruh itu terjadi pada dataran kognitif-pengetahuan, efektif-perasaan, dan behavioral-perilaku. Agar berjalan baik, maka komunikasi interpersonal hendaknya mengikuti peraturan tertentu. Peraturan itu ada yang intrinsik dan ada yang ekstrinsik. Peraturan intrinsik adalah peraturan yang dikembangkan oleh masyarakat untuk mengatur cara orang harus berkomunikasi satu sama lain. Peraturan ini menjadi patokan perilaku dalam komunikasi interpersonal. Peraturan intrinsik adalah peraturan yang ditetapkan oleh situasi atau masyarakat.

Sumber:
Hardjana, M.A. (2003). Komunikasi Intrapersonal dan interpersonal. Yogyakarta: Kanisius
Sukoco, B. (2007). Manajemen Administrsi Perkantoran Modern. Jakarta : Erlangga.
Suprapto, T. (2009). Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta : Media Pressindo
Komunikasi - Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi)

Pelatihan dan Pengembangan

A. DEFINISI PELATIHAN
Pelatihan adalah upaya sadar untuk menumbuhkembangkan perubahan bagi peserta didik, lembaga penyelenggaraan, masyarakat dan bangsa. Pelatihan mengandung beberapa arti., yaitu:

  1. Pertama, pelatihan adalah suatu proses penyampaian dan pemilikan keterampilan, pengetahuan dan nilai-nilai. 
  2. Kedua, pelatihan adalah produk (hasil) dari proses tersebut, yaitu pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dalam pelatihan. 
  3. Ketiga, pelatihan adalah kegiatan profesional yang memerlukan pengalaman khusus dan pengakuan (sertifikasi). 
  4. Keempat, pelatihan adalah suatu disiplin akademik, yaitu kegiatan terorganisasi untuk mempelajari proses, produk dan profesi pelatihan dengan menggunakan kajian sejarah, filsafat dan ilmu pengetahuan tentang manusia atau kajian keilmuan tentang manusia yang bermasyarakat (the sciences of social man).

B. TUJUAN DAN SASARAN PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN

Tujuan dari pelatihan secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Meningkatkan Produktivitas
Pelatihan selain diberikan kepada tenaga kerja baru, diberikan juga kepada tenaga kerja yang sudah lama bekerja di perusahaan. pelatihan dapat mennigkatkan taraf prestasi tenaga kerja pada jabatannya sekarang. presasi kerja yang meningkat mengakibatkan peningkatan dari produktivitas. Jadi prestasi kerja mennigkat, keluaran meningakat, produktivita mennigkat.

2. Meningkatkan Mutu
Pelatihan yang tepat tidak saja meningkatkan kuantitas dari keluaran tetapi juga meningkatkan kualitas dari keluaran. tenaga ekrja yang berpengetahuan dan berketrampilan baik hanya akan berbuat sedikit kesalahan, dan cermat daalm pelaksanaan pekerjaan.

3. Meningkatkan Ketepatan dalam Perencanaan SDM
Pelatihan yang tepat dapat membantu perusahaan untuk memenuhi keperluannya akan tenaga kerja dengan pengetahuan dan keterampilan tertentu di masa yang akan datang. Jika suatu saat diperlukan, maka lowongan yang ada dapat secara mudah diisi oleh tenaga dari dalam perusahaan sendiri

4. Meningkatkan Semangat kerja
iklim dan suasana organisasi pada umumnya menjadi lebih baik jika perusahaan mempunyai program pelatihan yang tepat. Suatu rangkaian reaksi positif dapat dihasilkan dari program pelatihan perusahaan yang direncanakan dengan baik.

5. Menarik dan Menahan Tenaga Kerja yang Baik
Para tenaga kerja, terutama para menejernya memandang kemungkinan untuk mengikuti pelatihan sebagai bagian dari imbalan jasa dari perusahaan terhadap mereka. mereka berharap perusahaan membayar program pelatihan yang mengakibatkan mereka bertambah pengetahuan dan keterampilan dalam keahlian mereka masing masing. karena itu banyak perusahaan yng menawarkan program pelatihan yang khusus untuk menarik tenaga kerja yang berpotensi baik.

6. Menjaga Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Pelatihan yang tepat dapat membantu menghindari timbulnya kecelakaan di perusahaan dan dapat menimbulkan lingkungan kerja yang lebih aman dan sikap netral yang lebih stabil.

7. Menghindari Keusangan ( Obsolescence)
Usaha pelatihan dan pengembangan dilakukan secara terus menerus supaya para tenaga kerja dapat mengikuti perkembangan terakhir dalam bidang kerja merek masing-masing. Ini berlaku baik untuk tenaga kerja  ( nonmanajerial) maupun untuk tenaga kerja manajerial.

8. Menunjang pertumbuhan peribadi ( personal growth)
Pelatihan dan pengembangan tidak hanya menguntungkan perusahaan, tapi juga menguntungkan tenaga kerja sendiri

C. FAKTOR PSIKOLOGI DALAM PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN

John Miner (1992) mengungkapkan dalam bukunya Industrial-Organizational Psychology, peran psikologi dalam pelatihan dan pengembangan adalah sebagai berikut:

  • Berfungsi sebagai mediator dalam hal-hal yang berorientasi pada produktivitas : melakukan pelatihan dan pengembangan, menciptakan manajemen keamanan kerja dan teknik-teknik pengawasan kinerja, meningkatkan motivasi dan moral kerja karyawan, menentukan sikap-sikap kerja yang baik dan mendorong munculnya kreativitas karyawan. 
  • Terlibat dalam proses output: melakukan penilaian kinerja, mengukur produktivitas perusahaan, mengevaluasi jabatan dan kinerja karyawan. 
  • Terlibat dalam proses input : melakukan rekrutmen, seleksi, dan penempatan karyawan. 
  • Berfungsi sebagai mediator dalam hal-hal yang berorientasi pada pemeliharaan: melakukan hubungan industrial (pengusaha-buruh-pemerintah), memastikan komunikasi internal perusahaan berlangsung dengan baik, ikut terlibat secara aktif dalam penentuan gaji pegawai dan bertanggung jawab atas dampak yang ditimbulkannya, pelayanan berupa bimbingan, konseling dan therapi bagi karyawan-karyawan yang mengalami masalah-masalah psikologis


D. TEKNIK DAN METODE PELATIHAN

Bentuk pelatihan dapat dibedakan ke dalam pelatihan pada pekerjaan (on the job pelatihan) dan pelatihan diluar pekerjaan (off the job pelatihan).  Munandar (2008) mengatakan bahwa terdapat enam Teknik dan metode pelatihan dikelas, yaitu :

Kuliah 
Suatu ceramah yang disampaikan secara lisan untuk tujuan pendidikan. Kuliah adalah pembiacaraan yang diorganisasikan secara formal tentang hal-hal khusus. Kelebihan dari kuliah adalah bahwa metode ini dapat dipakai untuk kelompok yang sangat besar sehingga biaya per trainee rendah dan dapat menyajikan bahan pengetahuan dengan waktu yang relatif singkat. Kelemahan dari kuliah adalah para trainee lebih bersikap pasif.

Konferensi
Merupakan pertemuan formal dimana terjadi diskusi atau konsultasi tentang suatu hal yang penting. Konperensi menekankan adanya diskusi kelompok kecil, bahan yang terorganisasi dan keterlibatkan peserta secara aktif.

Studi Kasus (Case Study)
Merupakan uraian tertulis atau lisan tentang masalah dalam perusahaan atau tentang keadaan perusahaan selama kala waktu tertentu yang nyata atau hipotesis (namun didasarkan pada kenyataan). Pada metode ini para trainee diminta untuk mengindentifikasi masalah dan merekomendasikan jawabannya.

Bermain Peran (Role Play)
Peran adalah suatu pola perilaku yang diharapkan. Peserta diberi tahu tentang suatu keadaan dan peran mereka yang harus mereka mainkan tanpa script. Kebaikan metode ini memungkinkan belajar melalui perbuatan, menekankan kepekaan manusia dan interaksi manusia, memberitahu secara langsung hasilnya, menimbulkan minat dan keterlibatan yang tinggi dan menunjang pengalihan pembelajaran (transfer of learning).

Bimbingan Berencana atau Instruksi Bertahap (Programmed Instruction)
Terdiri atas satu urutan langkah yang berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau suatu kelompok tugas pekerjaan. Metode ini meliputi langkah-langkah yang telah diatur terlebih dahulu tentang prosedur yang berhubungan dengan dapat dikuasainya suatu keterampilan yang khusus atau suatu pengetahuan umum. Metode ini dapat dilaksanakan memakai buku atau mesin pengajaran.

Metode Simulasi 
Berusaha menciptakan situasi yang merupakan tiruan dari keadaan nyata. Dalam hubungannya dengan pelatihan, maka suatu simulasi adalah suatu jenis alat atau teknik yang menyalin setepat mungkin kondisi-kondisi nyata. Dalam hubungannya dengan pealtihan, maka suatu simulasi adalah suatu jenis alat atau teknik yang menyalin setepat mungkin kondisi-kondisi nyata yang ditemukan dalam pekerjaan. Contoh dari pelatihan adalah laboratorium antariksa. Pilot diajarkan menerbangkan kapal terbang jenis baru dalam model yang dapat bekerja seolah-olah seperti kapal terbang nyata. Para astronot kemudian di train untuk terbang ke bulan dalam kapsul ruang angkasa tiruan.

Sumber:
Devito, J.A. (2011). Komunikasi antar manusia. Jakarta : Karisma Publishing Group.
Lubis,W.L. (2008). Peranan Komunikasi Dalam Organisasi: Jurnal Harmonisasi sosial. Vol II. No 2. Sumatra Utara : Universitas Sumatra Utara
Munandar, A.S. (2008). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Prof. Dr. Hafied Cangara, M. Sc.(1998). Pengantar Ilmu komunikasi. Jakarta : RajaGrafindo Persada (Rajawali Perss)

Labels

1PA03 (10) 2PA05 (4) cinta (2) cowo (3) Favorit (1) Gundar (17) Homemade (1) Kampus (14) kesel (1) Kuliah (15) Resep (1) satnite (1) sendiri (3) Softskill (15) Tugas (15)