"You can close your eyes to the things you don't want to see, but you can't close your heart to the things you don't want to feel." - Johnny Depp

Minggu, 09 November 2014

Tugas 2: Psikologi Manajemen


Pengorganisasian Struktur Manajemen

A. Definisi Pengorganisasian

Istilah organisasi berasal dari kata organum, yang berarti alat, gabian atau komponen-komponen. Di dalam pendekatan manajemen, istilah organisasi mempunyai dua arti umum. Arti pertama mengacu pada suatu lembafa (institusi) atau kelompok fungsional, sedangkan arti kedua mengacu pada proses pengorganisasian, yang menuurt Umar (2000) diartikan sebagai cara pengaturan pekerjaan dan pengalokasian pekerjaan di antara anggota organisasi, sehingga organisasi diharapkan melaksanakan fungsi penting untuk membantu ketidakmampuan anggota sebagai individu dalam rangka mencapai tujuan yang sulit atau bahkan tidak mungkin dicapai sendiri.
Nuraida (2012) mengungkapkan bahwa pengorganisasian adalah suatu proses penetapan ke dalam struktur peran yang dibutuhkan untuk memasukkan orang-orang (dalam hal ini pegawai) ke dalam organisasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa organisasi merupakan suatu fungsi-funski operasional, manusia, dan fasilitas terkoordinasi untuk mencapai sasaran organisasi.

B. Pengorganisasian sebagai Fungsi Manajemen

Pengorganisasian merupakan salah satu dari lima fungsi manajemen yang sangat berperan dalam pencapaian operasi perusahaan secara efektif dan efisien. Lebih lanjut, fungsi ini dapat menentukan apakah organisasi bisa mengoptimalkan efisiensi penggunaan sumber dayanya, baik SDM maupun sumber daya yang lain. Fungsi ini didefinisikan oleh Robbins (dalam Sukoco, 2007) sebagai aktivitas yang menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang melaksanakannya, bagaimana tugas tersebut dikelompokkan dan didistribusikan, kepada siapa akan dilaporkan hasilnya, dan di mana keputusan mengenai hal tersebut akan dibuat. Semua aktivitas tersebut termasuk salah satu tanggung jawab manajer administrasi dalam mendesain struktur organisasi sebuah perusahaan.

Actuating Manajemen

A. Definisi Actuating

Actiuating atau pelaksaan adalah suatu fungsi manajemen untuk suatu fungsimanajemen untuk menggerakkan orang-orang agar bekerja sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Banyak orang mengambil kesimpulan bahwa fungsi manajemen pelaksaan merupakan fungsi yang paling penting karena berhubungan dengan sumber daya manusia. Pimpinan organisasi harus dapat memberi motivasi sehingga setiap orang mau bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan.

B. Pentingnya Actuating

Fungsi actuating lebih menyangkut dorongan (motivasi) dan partisipasi yang terarah. Penggerakan humas bukanlah sekadar menggiatkan kemampuan dan keahlian mekanisme kerja humas dalam tahapan proses, seperti pengumpulan data, perencanaan, komunikasi dan evaluasi. 

C. Prinsip Actuating

Pengarahan merupakan aspek hubungan antar manusiawi dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan untuk bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaga kerja efektif serta efesien untuk mencapai tujuan. Dalam manajemen, pengarahan ini bersifat sangat kompleks karena disamping menyangkut manusia, juga menyangkut berbagai tingkah laku dari manusia-manusia itu sendiri. Manusia dengan berbagai tingkah laku yang berbeda-beda, memiliki pandangan serta pola hidup yang berbeda pula. Oleh karena itu, pengarahan yang dilakukan oleh pimpinan harus berpegang pada beberapa prinsip, yaitu:
  1. Makin efektifnya proses pengarahan, akan semakin besar sumbangan bawahan terhadap usaha mencapai tujuan. Pengarahan tidak dapat berdiri sendiri, artinya dalam melaksanakan fungsi pengarahan perlu mendapatkan dukungan/bantuan dari factor-faktor lain seperti :perencanaan, struktur organisasi, tenaga kerja yang cukup, pengawasan yang efektif dan kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan serta kemampuan bawahan.
  2. Prinsip keharmonisan dengan tujuan. Orang-orang bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang mungkn tidak mungkin sama dengan tujuan perusahaan. Mereka mengkehendaki demikian dengan harapan tidak terjadi penyimpangan yang  terlalu besar dan kebutuhan mereka dapat dijadikan sebagai pelengkap serta harmonis dengan kepentingan perusahaan. Semua ini dipengaruhi oleh motivasi masing-masing individu. Motivasi yang  baik akan mendorong orang-orang untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara yang wajar. Sedang kebutuhan akan terpenuhi apabila mereka dapat bekerja dengan baik, dan pada saat itulah mereka menyumbangkan kemampuannya untuk mencapai tujuan organisasi.
  3. Prinsip kesatuan komando. Prinsip kesatuan komando ini sangat penting untuk menyatukan arah tujuan dan tangggung jawab para bawahan. Bilamana para bawahan hanya memiliki satu jalur didalam melaporkan segala kegiatannya. Dan hanya ditujukan kepada satu pimpinan saja, maka pertentangan didalam pemberian instruksi dapat dikurangi, serta semakin besar tanggung jawab mereka untuk memperoleh hasil maksimal.

Mengendalikan Fungsi Manajemen

A. Definisi Controlling

Controlling adalah upaya supervisor untuk memastikan apakah seluruh anggota tim telah berada pada tujuan dan kinerja yang diharapkan. Controlling yang baik tidaj semata-mata mengawasi dan menegur para bawahan, yang jauh lebih penting adalah memberikan dukungan atau bantuan agar seluruh pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana.

B. Kontrol sebagai Proses Manajemen

Komponen akhir dari proses manajemen strategis adalah pengendalian (controlling). Pengendalian dirancang untuk mendukung para manajer dalam mngevaluasi kemajuan organisasi dengan strateginya dan ketika terdapat ketidaksesuaian, manajer melakukan tindakan-tindakan korektif sekaligus memungkinkan fleksibilitas untuk beradaptasi terhadap kondisi-kondisi yang berubah. Sama seperti semua sistem kontrol pada umumnya, organisasi harus mengembangkan indikator kinerja, sistem informasi dan mekanisme yang spesifik untuk memantau kemajuannya.

C. Tipe-Tipe Kontrol

Fungi controlling akan menjadi efektif jika hal ini diterapkan pada tempat yang benar. Para pengawas dapat mengimplementasikan kendali sebelum memulai bisnis (feedforward), selama berlangsungnya proses bisnis ( concurrent) atau setelah terjadinya proses bisnis (feedback)
  • Forward diterapkan sebelum dimulainya aktivitas bisnis. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi masalah yang mungkin muncul. 
  • Concurrent diterapkan pada saat berlangsungnya proses. Yang dikategorikan dalam kendali ini adalah saat dilakukannya pekerjaan. Di dalamnya termasuk setiap jenis mekanisme pedoman atau kendali yang ada.
  • Feedback berfokus pada hasil aktivitas bisnis. Mereka menjadi pedoman dalam perencanaan, inpit dan perancangan proses.

Motivasi

A. Definisi Motivasi

Motivasi afalah konsep yang menggambarkan baik kondisi ekstrinsik yang merangsang perilaku tertentu, dan respons instriksik yang menampakkan perilaku manusia. Semua manusia mempunyai motivasi atau dorongan. Motivasi diukur dengan perilaku yang dapat dilihat. Motivasi adalah suatu sugesti atau dorongan yang muncul karena diberikan oleh seseorang kepada orang lain atau dari diri sendiri, dorongan tersebut bermaksud agar orang tersebut menjadi orang yang lebih baik dari yang sebelumnya. Motivasi juga bisa diartikan sebagai sebuah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang.

B. Teori-Teori Motivasi

Secara garis besar, teori motivasi dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu teori motivasi dengan pendekatan isi/kepuasan (content theory), teori motivasi dengan pendekatan proses (process theory) dan teori motivasi dengan pendekatan penguat (reinforcement theory).Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang.
Untuk memahami tentang motivasi, terdapat beberapa teori tentang motivasi, antara lain :

Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara satu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri. Apabila pegawai kebutuhannya tidak terpenuhi maka pegawai tersebut akan menunjukkan perilaku kecewa. Sebaliknya, jika kebutuhannya terpenuhi amak pegawai tersebut akan memperlihatkan perilaku yang gembira sebagai manifestasi dari rasa puasnya.
Kebutuhan merupakan fundamen yang mendasari perilaku pegawai. Karena tidak mungkin memahami perilaku tanpa mengerti kebutuhannya.
Abraham Maslow (Mangkunegara, 2005) mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia adalah sebagai berikut :
  • Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik, bernapas, seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar
  • Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan diri dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup
  • Kebutuhan untuk rasa memiliki (sosial), yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai
  • Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain
  • Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide, gagasan dan kritik terhadap sesuatu
Teori Keadilan
Keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat  kerja seseorang, jadi perusahaan harus bertindak adil terhadap setiap karyawannya. Penilaian dan pengakuan mengenai perilaku karyawan harus dilakukan secara obyektif. Teori ini melihat perbandingan seseorang dengan orang lain sebagai referensi berdasarkan input dan juga hasil atau kontribusi masing-masing karyawan (Robbins, 2007).

Teori X dan Y
Douglas McGregor mengemukakan pandangan nyata mengenai manusia. Pandangan pertama pada dasarnya negative disebut teori X, dan yang kedua pada dasarnya positif disebut teori Y (Robbins, 2007).
McGregor menyimpulkan bahwa  pandangan manajer mengenai sifat manusia didasarkan atas beberapa kelompok asumsi tertentu dan bahwa mereka cenderung membentuk perilaku mereka terhadap karyawan berdasarkan asumsi-asumsi tersebut.

Teori dua Faktor Herzberg
Teori ini dikemukakan oleh Frederick Herzberg dengan asumsi bahwa hubungan seorang individu dengan pekerjaan adalah mendasar dan bahwa sikap individu terhadap pekerjaan bias sangat baik menentukan keberhasilan atau kegagalan. (Robbins, 2007).
Herzberg memandang bahwa kepuasan kerja berasal dari keberadaan motivator intrinsik dan bawa ketidakpuasan kerja berasal dari  ketidakberadaan faktor-faktor ekstrinsik. Faktor-faktor ekstrinsik (konteks pekerjaan) meliputi 
  • Upah
  • Kondisi kerja
  • Keamanan kerja
  • Status
  • Prosedur perusahaan
  • Mutu penyeliaan
  • Mutu hubungan interpersonal antar sesama rekan kerja, atasan, dan bawahan
Keberadaan kondisi-kondisi ini terhadap kepuasan karyawan tidak selalu memotivasi mereka. Tetapi ketidakberadaannya menyebabkan ketidakpuasan bagi karyawan, karena mereka perlu mempertahankan setidaknya suatu tingkat ”tidak ada kepuasan”, kondisi ekstrinsik disebut ketidakpuasan,atau faktor hygiene. Faktor Intrinsik meliputi :
  • Pencapaian prestasi
  • Pengakuan
  • Tanggung Jawab
  • Kemajuan
  • Pekerjaan itu sendiri
  • Kemungkinan berkembang.
Tidak adanya kondisi-kondisi ini bukan berarti membuktikan kondisi sangat tidak puas. Tetapi jika ada, akan membentuk motivasi yang kuat yang menghasilkan prestasi kerja yang baik. Oleh karena itu, faktor ekstrinsik tersebut disebut sebagai pemuas atau motivator.

Teori Kebutuhan McClelland
Teori kebutuhan McClelland dikemukakan oleh David McClelland dan kawan-kawannya. Teori ini berfokus pada tiga kebutuhan, yaitu (Robbins, 2007) :
  • Kebutuhan pencapaian (need for achievement) : Dorongan untuk berprestasi dan mengungguli, mencapai standar-standar, dan berusaha keras untuk berhasil.
  • Kebutuhan akan kekuatan (need for power) : kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya.
  • Kebutuhan hubungan (need for affiliation) : Hasrat untuk hubungan antar pribadi yang ramah dan akrab.

Kepuasan Kerja

A. Definisi Kepuasan Kerja

Handoko dan Asa'ad menjelaskan bahwa kepuasan kerja merupakan penilaian atau cerminan dari perasaan pekerja terhadap pekerjaannya. Hal ini tampak dalam sikap positif pekerja terhadap pekerjaanya dan segala seusatu yang dihadapi lingkungan kerjanya, Dampak kepuasan kerja perlu dipantau dengan mengaitkannya pada outout yang dihasilkannya.

B. Aspek-Aspek Kepuasaan Kerja

Lima aspek yang terdapat dalam kepuasan kerja, yaitu
1. Pekerjaan itu sendiri (Work It self)
Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja.
2. Atasan (Supervisior)
Atasan yang baik berarti mau menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap sebagai figur ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya.
3. Teman sekerja (Workers)
Merupakan faktor yang berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
4. Promosi (Promotion)
Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karir selama bekerja.
5. Gaji/Upah (Pay)
Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.

C. Faktor-Faktor Penentu Kepuasan Kerja

  1. Faktor Kepuasan Finansial, yaitu terpenuhinya keinginan karyawan terhadap kebutuhan finansial yang diterimanya untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari sehingga kepuasan kerja bagi karyawan dapat terpenuhi. Hal ini meliputi; system dan besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan serta promosi.
  2. Faktor Kepuasan Fisik, yaitu faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan. Hal ini meliputi; jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan/suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan dan umur.
  3. Faktor Kepuasan Sosial, yaitu faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik antara sesama karyawan, dengan atasannya maupun karyawan yang berbeda jenis pekerjaannya. Hal ini meliputi; rekan kerja yang kompak, pimpinan yang adil dan bijaksana, serta pengarahan dan perintah yang wajar.
  4. Faktor Kepuasan Psikologi, yaitu faktor yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan. Hal ini meliputi; minat, ketentraman dalam bekerja, sikap terhadap kerja, bakat dan keterampilan.

SUMBER:
Alam. (2007). Ekonomi untuk SMA. Jakarta : Esis.
Nuraini, I. (2012). Manajemen Administrasi Perkantoran. Yogyakarta : Kanisius.
Sukoco, Badri M. (2007). Manajemen Administrasi Perkantoran Modern. Surabaya : Erlangga.
Pohan, AH. (2010). Be A Smart Leader. Yogyakarta : Pustaka Grhatama.
Purba, H. (2009). Great Supervisor. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Umar, H. (2000). Business an Introduction. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Kamis, 09 Oktober 2014

PSIKOLOGI MANAJEMEN

1.  Manajemen

Apa itu manajemen?

          Manajemen ternyata telah cukup dikenal di Indonesia dan bahkan kegunaan serta manfaatnya pun telah diakui pada berbagai kegiatan masyarakat, antara lain kegiatan pemerintaham, militer, kesehatan, psikologi, ekonomi dan lain lain. dengan melihat luasnya cakupan penerapan manajemen dalam masyrakat tersebut, dapat dikatakan bahwa setiap kegiatan manusia dalam masyarakat memerlukan manajemen. Manajemen adalah serangkaian aktivitas (termasuk perencaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendaliam yang diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi (manusia, finansial fisik dan informasi (manusia, finansial fisik, dan informasi) dengan maksud untuk mencapai tujuan oerganisasi secara efesien dan efektif.
          Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, manajemen adalah proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Dale Carnegie & Associates mendefinisikan manajemen sebagai kemampuan untuk mendapatkan hasil-hasil yang diinginkan melalui penggunaan yang efektif dari sumber daya yang ada pada organisasi. Sedangkan Oey Liang Lee mengatakan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian dan pengontrolan daripada benda dan tenaga manusia, khususnya tenaga manusia untuk mencapai tujuan yang ditentukan lebih dahulu.
          Dengan melihat beberapa pengertian di atas, dapat di simpulkan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni dari suatu proses usaha perencanaan, pengorganisasian, pengarahan pengkoordinasian dan pengendalian kegiatan penggunaan sumber daya manusia serta benda dalam suatu organisasi agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.

Apa saja jenis manajemen?

Manajemen produksi
          Fungsi manajemen produksi yaitu untuk mengatur agar perusahaan dapat menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang dan jasa dan bertanggung jawab terhadap perencanaan produksi dan distribusi sebuah organisasi perusahaan.
Manajemen pemasaran
          Suatu rencana kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan berdasarkan analisis situasi dan tujuan yang telah ditetapkan untuk menetapkan produk yang disukai pasar, harga, promosi dan penempatan jalur distribusi.
Manajemen keuangan
          Fungsi manajemen keuangan adalah menggunakan dana secara efisien dan efektif, memanfaatkan peluang untuk memperoleh dana dan mengalokasikan dana.
Manajemen personalia
          Bagian dari pemasaran yang memfokuskan perhatian terhadap produksi tenaga kerja dalam suatu organisasi.
Manajemen Administrasi
          Bertugas memberikan informasi layanan dalam bidang administrasi untuk melaksanakan kegiatan secara efektif dan memberi dampak kelancaran pada bidang lainnya.
Manajemen Sumber Daya Manusia
          Proses perencanaan dalam mengatur sumber daya manusia yang ada, agar sumber daya manusia yang dimiliki dapat dimanfaatkan dan digunakan dengan baik, sehingga sumber daya manusia yang digunakan dan dipelihara tetap bekerja dengan kualitas yang tetap atau bertambah.

Apa itu psikologi manajemen?

          Psikologi manajemen adalah ilmu tentang bagaimana mengatur / me-manage sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan. Sebagai ilustrasi, dulu dalam manajemen, orang berproduksi hanya mengandalkan sumber daya alam. Misalnya, orang berburu, memancing atau memetik hasil hutan saja untuk memenuhi keperluannya. Tetapi lama-kelamaan mulai terasa bahwa dengan menambahkan sumber daya manusia (terutama akalnya), maka orang akan bisa lebih efektif dan efisien dalam berproduksi. Maka mulailah dikenal pertanian, peternakan dan upaya budi daya sumber-sumber alam lainnya.
          Setelah itu, timbul lagi kebutuhan akan modal, karena dengan investasi dana tertentu, akan bisa dibuat alat tertentu untuk lebih meningkatkan lagi efisiensi dan efektivitas produksi. Maka sejak zaman revolusi industri, tiga modal kerja yang utama adalah SDA (Sumber Daya Alam), SDU (Sumber Daya Uang) dan SDM (Sumber Daya Manusia), dan ilmu manajemen pun berkisar pada upaya untuk mengoptimalkan kinerja antar ketiga modal kerja itu.
          Kaitannya dengan psikologi: dengan ditemukan dan dikembangkannya ilmu psikologi, diketahui bahwa unsur SDM (Sumber Daya Manusia) ternyata merupakan yang terpenting dari ketiga modal kerja perusahaan manapun. Pasalnya, ilmu psikologi yang memang berpusat pada manusia, mampu mengintervensi berbagai faktor internal manusia seperti motivasi, sikap kerja, keterampilan, dsb dengan berbagai macam teknik dan metode, sehingga bisa dicapai kinerja SDM (Sumber Daya Manusia) yang setinggi-tingginya untuk produktivitas perusahaan.

Apa tujuan Psikologi Manajemen?

Kegiatan intervensi yaitu yang bertujuan untuk “mengolah” manusia inilah yang menjadi titik tolak dari kajian ilmu psikologi manajemen. Hal ini bertujuan agar seluruh kayawan / SDM dari suatu organisasi/perusahaan mengerti betul akan tugasnya, mampu memberikan informasi kepada pelanggan atau rekan sekerjanya, dan pada akhirnya membuat karyawan itu senang pada pekerjaan dan perusahaannya. 


Fenomena Manajemen:  dalam suatu perusahaan ada karyawan baru. Karena sejak awal ia tidak diperkenalkan dengan budaya perusahaan tersebut, maka ia akan bekerja dengan apa yang dia tahu saja, sedikit tidak sesuai dengan perencanaan dan tujuan yang akan dicapai oleh perusahaannya tersebut, sehingga ada gangguan dalam mencapai tujuan yang perusahaan inginkan.


2. Perencanaan

Apa itu perencanaan?

          Perencanaan atau planning adalah kegiatan untuk menentukan sebelumnya sasaran ekonomis yan gingin dicapai, dan memikirkan sarana pencapaiannya. Alokasi dari sumber-sumber yang terbatas merupakan dasar prinsipil bagi perencanaan dan pengorganisasian. Sarana dan rangkaian sasaran (tujuan objektif dan tujuan final) harus jelas dan konsisten. Perencanaan menentukan terlebih dahulu apa yang harus dilakukan, bagaimana cara melakukannya dan siapa yang melaksanakan semua kegiatan.
    Perencanaan harus meliputi segi-segi teknis, ekonomis, sosial dan pelayanan. Jadi, planning menjembatani status sekarang dengan tujuan/sasaran yang ingin dicapai di masa mendatang. Sasaran yang ingin dicapai merupakan parameter bagi manajer untuk menentukan sederet aktivitas yang harus dilakukan, agar setiap karyawan bisa memberikan kontribusi maksimal dan positif kepada perusahaan.

Apa manfaat perencanaan?

          Psikologi Manajemen  bertujuan untuk agar SDM yang tersedia dapat mengerti dengan baik, apa yang akan menjadi tugasnya, mendapatkan motivasi yang baik dalam bekerja, dan memiliki keterampilan yang dapat mengaktualisasikan dalam hubungannya dengan organisasi.

Apa saja jenis perencanaan dalam organisasi?

1.   Misi atau Maksud (Mission atau Purpose)
Menggambarkan peranan atau maksud keberadaan suatu organisasi pada masyarakat tertentu.
2.   Tujuan
Merupakan titik akhir dimana aktivitas organisasi diarahkan. Strategi merupakan rencana umum/pokok untuk mencapai tujuan organisasi.
3.   Kebijakan
Merupakan pernyataan atau pemahaman umum yang membantu mengarahkan pengambilan keputusan (khususnya cara berpikirnya).
4.   Prosedur
Serangkaian aktivitas atau tindakan, yang lebih mengarahkan tindakan (bukan cara berpikir).
5.   Aturan
Rencana yang dipilih dari beberapa alternatif, untuk dilakukan atau tidak dilakukan.
6.   Program
Jaringan kompleks yang terdiri dari tujuan, kebijakan, prosedur, aturan, penugasan, langkah yang harus dilakukan, alokasi sumber daya, dan elemen lainnya, berdasarkan alternatif tindakan yang dipilih.
7.   Anggaran
Rencana yang dinyatakan dalam angka.


Fenomena PerencanaanDi dunia catering, biasanya pelanggan lebih memilih untuk memesan makanan daripada membuatnya sendiri dengan alasan pertimbangan waktu dan tenaga walaupun memang sedikit mahal. Pemilik catering akan memikirkan peluang pasar dan bagaimana menggaet order. Mereka juga harus mampu menganalisa keunggulan dan kelemahan pesaing dan sejauh mana kemampuan untuk bersaing dengan pengusaha catering lain baik dari sisi harga, pelayanan maupun kualitas. Untuk itu harus adanya perencanaan yaitu dilihat dari beberapa aspek, seperti aspek manajemen, aspek pemasaran, aspek operasional, dan aspek keuangan.

3.  Kepemimpinan

Apa itu kepemimpinan?

          Kepemimpinan merupakan tema yang populer, yang tidak saja dibicarakan dan diteliti oleh para sarjana ilmu-ilmu sosial, ilmu perilaku tapi yang dibicarakan pula oleh masyarakat umumnya. Meskipun telah banyak teori kepemimpinan yang dikembangkan belum ada satu teori pun yang dirasakan paling sempurna. Manajemen sering dikacaukan dengan kepemimpinan. Bennis & Nanus, 1985 (dalam psikologi industri dan organisasi, 2001) melihat perbedaan yang mendasar antara manajemen dan kepemimpinan. To manage, menurut mereka berarti to bring about, to accomplish, to have charge of or responsibility for, fo conduct. Sedangkan leading adalah influence, guiding in direction, course, action, opinion.
          Kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang pemimpin merupakan ciri bawaan psikologis yang dibwa sejak lahir, khusus ada pada dirinya dan tidak dipunyai oleh orang lain sehingga disebut sebagai "born leader'. Hersey & Blanchard, 1982 (dalam psikologi industri dan organisasi, 2001) mengatakan bahwa: In essesnce leadership is a broader concept than management, but not at all of it. Kepemimpinan lebih berhubungan dengan efektivitas. Bennis mengatakan bahwa pemimpin do the right things.

Teori Kepemimpinan.

Dalam dunia pustaka kepemimpinan, dikenal paling tidak delapan kelompok teori kepemimpinan. Hal ini terutama diungkapkan dalam literatur kepemimpinan yang tersohor dari Ralph M. Stogdill yang kemudian diperluas oleh Bass pada 1981. Di antara teori-teori itu yang muncul dari berbagai pendekatan terhadap kepemimpinan yang beberapa di antaranya telah dibicarakan dalam bagian terdahulu.

(a) Teori-teori Orang  Besar (Great Man Theories)
Banyak tokoh dunia yang telah menentukan arah perjalanan sejarah umat manusia. Faktor keberuntungan juga melengkapi atribut seorang tokoh dunia yang berhasil mengarahkan sejarah. Di samping itu, latar belakang keturunan keluarga monarkhi (kerajaan) mempunyai pengaruh yang luas dalam kerajaan tersebut. Perkawinan antar-keluarga kerajaan juga telah melahirkan kelompok aristikrat yang ikut berpengaruh luas dalam masyarakat.
Fenomena: Winston Churchill yang menyelamatkan Inggris pada tahun 1940 dan Lenin yang diasingkan sehingga Uni Soviet menjadi seperti sekarang.

(b) Teori Lingkungan (Enviromental Theory)
Banyak teori sebelumnya yang mengungkapkan bahwa tampilnya seorang pemimpin adalah sebagai hasil ramuan dari waktu, tempat, dan situasi atau keadaan. Tiap masa mempunyai keunikan dan melahirkan pemimpin yang mampu mengisi kekosongan pada saat itu. Tampilnya pemimpin sebenarnya tergantung pada kemampuan dan keterampilannya menyelesaikan masalah sosial yang memang sangat dibutuhkan di saat timbul ketegangan, perubahan-perubahan dan adaptasi.
Fenomena: Corazon Aquino adalah pemimpin yang dilahrikan oleh lingkungan di mana massa tidak mempersoalkan tentang masalah kualitasnya sebagai negarawan ulung.

(c) Teori Situasional - Pribadi (Personal - Situational Theory)
Teori ini mengawinkan teori orang besar dengan teori situasional. Dalam kedua teori terdahulu, interaksi antara individu terlupakan. Teori yang baru ini menganggap perlu untuk menganalisis karakteristik pribadi seperti sifat-sifat intelektual dari pemimpin tersebut sekaligus dikaitkan dengan situasi khusus tempat ia tampil. Kepemimpinan dihasilkan oleh tiga faktor yang saling berkaitan, yaitu sifat-sifat pribadi dari pemimpin, warna dan karakteristik kelompoknya, dan peristiwa, perubahan atau masalah yang dihadapi oleh kelompok tersebut.

(d) Teori Psikoanalitik (Psychoanalytic Theori)
Teori ini menginterpretasikan pemimpin sebagai figur seorang ayah, sebagai sumber dari kasih dan ketakutan, sebagai simbil dari superego, sebagai tempat pelampiasan kekecewaan, frustasi dan agresivitas para pengikut, tetapi juga sebagai orang yang membagi kasih kepada pengikutnya. Banyak pemimpin serupa ini yang dapat ditelusuri karakteristik kepemimpinannya sejak kanak-kanak, dari budayanya dan dari hubungannya dengan orang tuanya.
Fenomena: Cara kepemimpinan Hitler yang diterapkan di Jerman.

(e) Teori Manusiawi (Humanistic Theory)
Teori ini menekankan pada pertumbugan dan perkembangan dari suatu organisasi yang efektif dan kohesif. Manusia adalah organisme yang dapat dimotivasi, sedangkan organisasi dapat dimanipulasi dan dikendalikan. Oleh karena itu fungsi kepemimpinan di sini adalah memodifikasi organisasi sedemikian rupa sehingga ornag-orang di dalam organisasi merasa memiliki kebebasan untuk merealisasikan potensi motivasionalnya dalam memenuhi kebutuhannya, tetapi juga pada saat yang bersamaan dapat memberikan konstribusi dalam mencapai tujuan organisasi.


Sumber:
Griffin, Ricky W,. (2004). Management. Jakarta : Erlangga.
Kartono, Kartini. (1994). Psikologi Sosial untuk Manajemen. Perusahaan dan Industri. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Munandar, Ashar Sunyoto. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : Universitas Indonesia.
Refdhino, Asshar. (2013). Jenis-jenis Manajemen. [Diakses pada 10-10-2014, 17.30]
Salusu, J,. (1999). Pengamilan Keputusan Stratejik. Jakarta : Grasindo.
Wiryoputro, Sugianto. (2008). Dasar-dasar Manajemen Kristiani. Jakarta : Gunung Mulia.

Kamis, 10 Juli 2014

Kasus Juvenile Delinquent pada Anak SD

Sebuah sekolah negeri di Indonesia memiliki pakaian dengan warna resmi yang serupa, yaitu merah untuk bawahan (celana/rok) dan putih untuk atasan. Walaupun dalam model seragam berbeda, beberapa sekolah ada yang menggunakan rompi dan topi. Masa SD adalah masa dimana anak mulai mengenal dirinya dan identitas dirinya serta belajar menempatkan dirinya dalam berbagai keadaan. Pelajar SD, baik kelas 1 maupun kelas 6, adalah anak yang berada dalam masa perkembangan tercepat kedua setelah masa balita. Lingkungan sangat berpengaruh dalam perkembangan anak. 

Seragam merah putih identik dengan identitas seorang pelajar SD. Seorang pelajar akan membawa nama sekolah dalam setiap perbuatannya, terlebih ketika ia sedang menggunakan seragam. Cara penggunaan seragam pun dapat mencerminkan pribadi seseorang. Seragam yang rapi dan bersih mencerminkan bahwa seseorang senang dengan kerapihan dan memiliki jiwa yang baik, sedangkan ketika seragam yang digunakan lusuh, kotor dan mungkin tidak digunakan dengan baik tentu orang lain langsung berpikiran negative. Oleh sebab itu, ketika seseorang menggunakan seragam diharapkan berbuat baik dan tidak merusak reputasi instansinya. Namun tetap saja ada beberapa pelajar yang berbuat buruk bahkan ketika menggunakan seragam. 

Dalam beberapa kasus yang saya temui, saya melihat anak SD berkembang tidak sesuai dengan umurnya. Saya pernah melihat seorang anak SD yang masih menggunakan seragam merah-putih sedang menghisap sebatang rokok. Menurut perkiraan saya, anak tersebut masih kelas 3 atau 4 SD. Tidak seharusnya seorang anak sekolah merokok. Hal ini terjadi karena pengaruh lingkungan dan pergaulan. 

Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah juvenile berasal dari bahasa latin juvenilis, yang artinya anak-anak, anak muda, sifat khas pada periode remaja, sedangkan delinquency berasal dari bahasa latin “delinquere” yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, dan lain sebagainya. Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada remaja Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak criminal.

Aspek-aspek perilaku Juvenile delinquency (Kenakalan Remaja) dibagi menjadi empat, yaitu: 
a. Kenakalan Terisolir
Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari remaja nakal. Pada umumnya mereka tidak menderita kerusakan psikologis. Perbuatan nakal mereka didorong oleh  keinginan meniru dan ingin conform, contohnya ikut-ikut teman merokok karena ingin dikatakan gaul.
b. Kenakalan Neurotik
Pada umumnya, remaja nakal tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius, antara lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa bersalah dan berdosa. Ciri-ciri perilakunya adalah perilaku nakal bersumber dari sebab-sebab psikologis yang sangat dalam.
c. Kenakalan Psikopatik
Delinkuensi psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal yang paling berbahaya.
d. Kenakalan Defek Moral
Defek (defec, defectus) artinya rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat, kurang. Delinkuensi defek moral mempunyai ciri-ciri, yaitu selalu melakukan tindakan sosial, walaupun pada dirinya tidak terdapat penyimpangan, namun ada disfungsi pada intelegensinya. Kelemahan para remaja delinkuen tipe ini adalah mereka tidak mampu mengenal dan memahami tingkah lakunya yang jahat, juga tidak mampu mengendalikan dan mengaturnya, mereka selalu ingin melakukan perbuatan kekerasan, penyerangan dan kejahatan, rasa kemanusiaan sangat terganggu, sikapnya sangat dingin tanpa afeksi jadi ada kemiskinan afektif dan sterilitas emosional


Seorang pelajar SD yang masih menggunakan seragam sedang merokok.


Selain itu, kurangnya kontrol pada anak juga dapat menyebabnya penyimpangan. Terlebih lagi saat seorang anak menggunakan seragam dan membawa identitas sekolah. Seperti pada gambar di bawah ini, tiga orang pelajar SD yang menaiki motor dengan pengendara motor yang juga merupakan pelajar SD. Mereka sudah dapat dipastikan belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM-C) karena masih di bawah umur dan mereka tidak menggunakan helm. 

      

Lemahnya pengawasan terhadap anak dan kurangnya pengawasan dari pihak sekolah membuat anak tidak memahami mana yang baik dan mana yang buruk. Keadaan tersebut tidak hanya dapat mencelakakan diri mereka dan orang lain tapi juga dapat merusak nama baik sekolah dan nama baik keluarga mereka masing-masing.

Pergaulan masa kini memang sangat bebas. Seorang pelajar SD dapat terlihat seperti layakanya seorang remaja SMA. Hal ini disebabkan oleh pergaulan dan gaya hidup yang mereka anut. Berbagai media elektronik seperti televisi banyak menayangkan sinetron yang memuat para pelajar dengan seragam yang tidak seharusnya dan aksesoris yang tidak sesuai. Model pakaian dari luar negeri pun berpengaruh terhadap cara berpakaian dan cara seorang anak merefleksikan dirinya.

Pelajar SD yang mengunakan seragam tidak sesuai dengan moral yang ada


Tidak hanya di luar sekolah, beberapa pelajar yang menggunakan seragam pun kerap berkelahi di dalam sekolah. Selain menyalahi tata tertib, tentu akan merusak reputasi sekolah. Jika kejadian itu (berkelahi) terjadi di luar sekolah, hal pertama yang anak dilihat oleh orang lain adalah seragam yang menunjukkan identitas diri pelajar. 

Tawuran pun tidak hanya melanda kalangan pelajar SMP dan SMA. Para pelajar SD pun pernah mengikuti tawuran. Adanya sifat bermusuhan telah ada sejak SD, pelajar pun biasanya tauran hanya untuk melihat siapa yang lebih kuat antara sekolah mereka. Dengan masih memakai atribut sekolah, seseorang akan dengan bangga menggunakannya dan ikut dalam tawuran. Padahal hal terbut dapat menjadi hal buruk bagi berbagai pihak. Tawuran sering terjadi karena alasan yang sebenarnya sepele dan bisa diselesaikan baik baik, namun banyaknya provokasi dan keadaan lingkungan yang memungkinkan untuk melakukan tawuran, banyak pelajar yang tergoda untuk melampiaskan kemarahan dan agresinya. Akibat perkelahian tersebut banyak memakan korban baik luka ringan sampai pada kematian. Akibat dari hal tersebut sudah tentu sangat menghawatirkan segenap lapisan masyarakat bahkan sampai ke tingkat yang lebih tinggi, mengancam masa depan bangsa dan Negara Indonesia karena menyangkut masa depan generasi muda yang moralnya kian merosot.


Pelajar SD yang ingin tawuran.

Tidak hanya dalam hal identitas, seorang pelajar pun mengalami krisis diri dan masalah hati. Berita pernah menanyangkan adegan pelajar SD yang hampir bunuh diri hanya karena cintanya ditolak oleh teman sebaya. Hal ini tidak seharusnya terjadi karena dalam umur mereka, cinta masih merupakan hal yang tidak terlalu penting dan dapat dipahami dengan mudah oleh anak-anak.

Perlakuan pelajar SD yang tidak seharusnya dilakukan.

Berita di suatu koran lokal, anak berumur 10 tahun ingin bunuh diri karena cintanya ditolak.


Perubahan jaman dan budaya sangat mempengaruhi baik dari sisi moral maupun materi yang digunakan. Seragam pun mangalami perubahan seriing berjalannya waktu. Sekarang, lebih banyak sekolah yang menggunakan rok panjang agar menghindari pelajar dari pelecehan seksual ataupun perbuatan-perbuatan yang tidak diinginkan.

Pendidikan keluarga merupakan hal yang sangat peting karena disinilah pondasi dasar karakter anak terbentuk. Kesibukan kerja, masalah ekonomi bukan jadi alasan untuk tidak memperhatikan anak. Anak adalah amanah yang sangat berat diberikan tuhan. Jika anak menjadi tidak bermoral atau tidak berahklak, maka orang tua dimentai pertanggung jawaban terlebih dahulu diakhirat nanti. Orang tua harus ‘belajar’ mendidik seorang anak atau dikenal dengan istilah ilmu parenting. Belajar disini bukan harus dimaknai dengan sekolah dan membaca buku, tetapi belajar bisa dilakukan dengan cara memberikan yang terbaik untuk calon generasi penerus.

Oleh karena itu, pola asuh zaman dulu, tidak bisa disamakan dengan masa sekarang, problematika anak sangat beranekaragam, maka dituntut menggunakan ‘jurus-jurus’ baru.  Minimal yang dilakukan oleh orang tua adalah memberikan tauladan yang baik terhadap anak, selalu mendo’akan anak ketika sholat, dan memperhatikan pendidikan anak ketika mendapat tugas dari sekolah.



Pelajar merupakan generasi penerus bangsa, harapan bangsa untuk membuat negeri ini menjadi lebih baik. Sudah seharusnya setiap pelajar dididik sebaik mungkin sejak dini dan mempunyai tingkah laku yang terpuji, baik saat menggunakan seragam dan membawa identitas sekolah maupun saat tidak memakai seragaam. Setiap pelajar diharapkan mampu membawa nama baik sekolah dan bangga dengan identitas dirinya dengan menggunakan seragam tanpa berbuat hal buruk. Dengan begitu setiap sekolah akan memiliki pelajar yang sesuai dengan harapan bangsa.

Labels

1PA03 (10) 2PA05 (4) cinta (2) cowo (3) Favorit (1) Gundar (17) Homemade (1) Kampus (14) kesel (1) Kuliah (15) Resep (1) satnite (1) sendiri (3) Softskill (15) Tugas (15)