Ellis (dalam Corey, 1995) berpendapat bahwa pendekatan Rasional Emotive Therapy memandang bahwa indivitu memiliki potensi untuk memahami kelebihan-kelebihan dan keterbatasannya masing-masing. Namun, disela-sela kelebihan dan keterbatasannya, setiap individu harus memiliki potensi untuk berpandangan yang rasional dan realistik, agar indicidu mampu melakukan adaptasi diri dengan baik, sehingga setiap individu tidak lagi selalu berfikir yang irrasional.
KONSEP DALAM RET
Corey (2013) mengatakan bahwa Rational Emotive Therapy dikenal teori A (Activating events)-B (Irrational Beliefs)-C (Consequences). Activating event merupakan suatu fakta, peristiwa, perilaku atau sikap orang lain. Irrational Beliefs adalah keyakinan individu yang tidak rasional tentang suatu fakta atau perilaku orang lain yang menjadi penyebab Consequences. Consequences merupakan reaksi emosional yang dialami oleh seseorang.
Albert Ellis mempunyai teori bahwa ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.
Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.
Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan atau sistem berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif.
Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.
Albert Ellis mempunyai teori bahwa ada tiga pilar yang membangun tingkah laku individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C). Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.
Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.
Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan atau sistem berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif.
Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.
TEKNIK DALAM RET
Ellis (Corey, 2009) menjelaskan bahwa “terapis rational emotive therapy berusaha membantu mereka untuk mengatasi segenap manifestasi dari depresi, kesakitan, kehilangan rasa berharga, dan kebencian”. Uraian tersebut menjelaskan bahwa rational emotive therapy dapat mengatasi masalah ketidak percayaan diri yang muncul akibat dari pemikiran yang irrasional terhadap orang lain.
Terapi Rational-Emoif menggunakan berbagai teknik yang bersifat kognitif, afektif, dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien. Berikut beberapa macam teknik yang dipakai sebagai berikut
a. Assertive Training, digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klienn untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan perilaku tertentu yang diinginkan.
b. Sosiodrama, digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan melalui suatu suasana yang didramatisasikan sedemikan rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan, ataupun melalui gerakan-gerakan dramatis.
c. Self Modeling, digunakan untuk meminta klie agar “berjanji” atau mengadakan “komitmen” dengn konselor untuk menghilangkan perasaan atau perilaku tertentu.
d. Imitasi, digunakan dimana klien diminta untuk menirukan secara terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.
2. Teknik- teknik Behavioristik
Ini digunakan dengan upaya memodifikasi perilaku-perilaku negatif dari klien dengan mengubah akar-akar keyakinannya yang tak rasional dan tak logis. Beberapa teknni yang termasuk dalam teknik behavioristik:
a. Reinforcement, digunakan untuk mendorong klien ke arah perilaku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal ataupun hukuman.
b. Social Modeling, digunakan untuk memberikan perilaku-perilaku baru pada klien.
c. Live Models, digunakan untuk menggambarkan perilaku-perilaku tertentu, khususnya situasi-situasi interpersonal yang kompleks dalam bentuk percakapan sosial, interaksi dengan memecahkan masalah-masalah.
3. Teknik-teknik Kognitif
Teknik ini bertujuan mendorong klien dan memodifikasi aspek kognitifnya agar dapat berfikir atau berperilaku sesuai sistem nilai yang diharapkan baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungannnya. Beberapa teknik kognitif yang cukup dikenal :
a. Home Work Assigments, teknik ini memberikan klien tugas-tugas
rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan dapat menuntut pola perilaku yang diharapkan.
b. Assertive, digunakan untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan perilaku-perilaku tertentu yang diharapkan.
Sumber:
Gunarsa, S. D. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Hidayah, Z. (2014). Meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan rational emotive therapy. Lampung : Universitas Lampung. 3(1) 1-12.
Sukardi, D. K. (1989). Pengantar Teori Konseling. Jakarta: Ghalia Indonesia.
a. Assertive Training, digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan klienn untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan perilaku tertentu yang diinginkan.
b. Sosiodrama, digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan melalui suatu suasana yang didramatisasikan sedemikan rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan, ataupun melalui gerakan-gerakan dramatis.
c. Self Modeling, digunakan untuk meminta klie agar “berjanji” atau mengadakan “komitmen” dengn konselor untuk menghilangkan perasaan atau perilaku tertentu.
d. Imitasi, digunakan dimana klien diminta untuk menirukan secara terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.
2. Teknik- teknik Behavioristik
Ini digunakan dengan upaya memodifikasi perilaku-perilaku negatif dari klien dengan mengubah akar-akar keyakinannya yang tak rasional dan tak logis. Beberapa teknni yang termasuk dalam teknik behavioristik:
a. Reinforcement, digunakan untuk mendorong klien ke arah perilaku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal ataupun hukuman.
b. Social Modeling, digunakan untuk memberikan perilaku-perilaku baru pada klien.
c. Live Models, digunakan untuk menggambarkan perilaku-perilaku tertentu, khususnya situasi-situasi interpersonal yang kompleks dalam bentuk percakapan sosial, interaksi dengan memecahkan masalah-masalah.
3. Teknik-teknik Kognitif
Teknik ini bertujuan mendorong klien dan memodifikasi aspek kognitifnya agar dapat berfikir atau berperilaku sesuai sistem nilai yang diharapkan baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungannnya. Beberapa teknik kognitif yang cukup dikenal :
a. Home Work Assigments, teknik ini memberikan klien tugas-tugas
rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan dapat menuntut pola perilaku yang diharapkan.
b. Assertive, digunakan untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan perilaku-perilaku tertentu yang diharapkan.
UNSUR DALAM RET
Menurut Gunarsa (1996), pendekatan Rational Emotive Therapy ini memandang bahwa manusia adalah korban dari pola berpikirnya sendiri yang tidak rasional. Oleh karena itu terapis berupaya memperbaiki pola berpikir yang tidak rasional ini dengan mendidik kembali (reeducation) sang klien dengan cara memberikan tugas tertentu yang harus dilakukan klien atau mengajarkan strategi tertentu untuk memperkuat proses berpikirnya. Proses ini dilakukan dengan pendekatan secara langsung (directive) .Sumber:
Gunarsa, S. D. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Hidayah, Z. (2014). Meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan rational emotive therapy. Lampung : Universitas Lampung. 3(1) 1-12.
Sukardi, D. K. (1989). Pengantar Teori Konseling. Jakarta: Ghalia Indonesia.
0 who talk about:
Posting Komentar